Pilkada Kabupaten Bandung terlihat sangat dinamis, terlebih paska gagalnya Gun Gun yang diatas kertas seharusnya mudah maju sebagai salah satu kontestan, mengingat PKS memiliki 10 kursi.
Realitas politik yang ada di Kabupaten Bandung bila ditinjau lebih dalam tentu tidak terlepas dari pertarungan guru melawan murid, yakni Obar Sobarna sebagai guru dan Aa Umbara sebagai murid.
Menarik memang, kedua belah pihak diyakini saling memiliki kepentingan dan turut andil dalam pertarungan pilkada ini. Bagaimana tidak, secara terang-terangan Dadang Supriatna dan Sahrul Gunawan menyatakan bahwa Aa Umbara ialah salah satu mentornya.
Titik temu kepentingan Aa Umbara ada pada keinginan untuk membangun sinergitas dalam berbagai aspek dengan bupati terpilih, karena dengan terpilihnya Dadang praktis membuat komunikasi yang dibangun antara Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat (BB) relatif lebih cair.
Selain itu, posisi Aa Umbara sebagai kader Nasdem sudah barang tentu mendapat perintah khusus untuk turut membantu dan memenangkan pasangan Dadang-Sahrul.
Di lain sisi, majunya Nia sebagai anak biologis Obar dipastikan berkat matang dan kokohnya dinasti Obar, sehingga sejak awal rekomendasi partai Golkar memang sudah diyakini akan jatuh ke Nia.
Bukan rahasia bila Aa Umbara menganggap Obar sebagai salah satu guru politiknya, bahkan jauh sebelum menjadi Bupati KBB.
Menarik menanti siapa yang akan keluar sebagai pemenang, mengingat situasi Pilkada Kabupaten Bandung hari ini hampir mirip dengan KBB di 2018 silam, yakni dinasti melawan petarung.
Posisie Elin dan Umbara saat pilkada 2018 cukup menggambarkan posisi Nia dan Dadang hari ini.
Analisa di atas jelas menggambarkan Umbara sedang menjalankan strategi perang Sun Tzu, Victory comes from finding opportunities in problems/Kemenangan itu datang dari menemukan peluang di dalam masalah.
Walau ada resiko, karena harus berhadapan dengan gurunya, namun Umbara melihat ada ruang untuk bisa mengalahkannya.
Patut dinanti, apakah garis politik Dadang akan sama dengan Umbara atau Obar sebagai guru masih terlalu tangguh untuk Umbara?***
Editor: denkur