DARA | JAKARTA – Suhu politik jelang pilpres 2019, panas. Namun, sejumlah survey menemukan di darat malah dingin. Panasnya hanya sebatas di media sosial (medsos).
Hanya sekitar 40 persen pemilih yang terkoneksi dengan informasi tentang pilpres, baik melalui medsos maupun whatsApp dan Line. Sisanya 60 persen belum bersentuhan dengan sumber-sumber informasi ini. Demikian hasil survei Cyrus Network.
Dilansir viva, CEO Cyrus Network Hasan Nasbi mengatakan, Facebook dan WhatsApp adalah dua media sosialisasi paling powerful sejauh ini. Facebook diakses oleh 32 persen populasi dan WhatsApp dimiliki oleh 33 persen populasi pemilih.
Sementara itu, Twitter yang tampaknya selalu paling heboh, hanya diakses oleh 4 persen populasi saja. Tapi anehnya, ini yang justru menjadi favorit para politikus dan timses di Indonesia.
“Kampanye politik di media sosial memang terlihat ramai dan panas, begitu juga di pesan berantai. Tapi populasi orang yang terlibat tidak berkembang dan jenuh. Hanya 40 persen pengguna Facebook yang mengaku aktif menyebar pesan politik di Facebook. Begitu pula WhatsApp. Hanya 28 persen dari pengguna WhatsApp yang mengaku aktif menyebar pesan politik di aplikasinya. Sisanya, sudah tidak melakukan dan tidak peduli lagi,” kata Hasan Nasbi, Kamis 28 Februari 2019.
Hasan menjelaskan, setelah kira-kira hampir lima tahun tensi politik yang amat tinggi, ternyata tidak sampai 50 persen penguna media sosial ataupun aplikasi pesan yang terlibat secara aktif menyebarkan pesan-pesan politik.
Begitu juga yang berpartisipasi aktif untuk meluruskan hoax dan fitnah yang bertebaran melalui telapak tangan. Hanya sekian persen yang aktif meluruskan, sisanya cenderung apatis, membiarkan atau tidak peduli sama sekali.
“Ini bukti bahwa keriuhan politik di media sosial dan pesan berantai sudah tidak berkembang lagi. Tidak menambah audience atau menambah suara. Hanya sekadar mempertahankan isu saja,” ungkapnya.***
Editor: denkur
Bahan: viva