Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dukung pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan alias “Bedas”. Maka, jangan heran jika jaringan Gun Gun pun akan dikerahkan.
DARA | BANDUNG – Jubir Pemenangan PKS Kabupaten Bandung, Maulana Fahmi mengatakan, kekuatan PKS bisa menjadi pendulang besar untuk kemenangan pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan.
Meski PKS tidak bisa mengusung kadernya, tapi bukan berarti hanya mendukung dan bekerja seadanya. Kata Fahmi, PKS akan bekerja dengan total. Apalagi, pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan tidak hanya butuh kemenangan Pilkada, tapi juga butuh penguatan di parlemen.
“Yang kita baca, proses pemenangan Pilkada ini untuk pembangunan selanjutnya,” ujar Fahmi saat wawancara di Kantor Fraksi PKS DPRD Kabupaten Bandung, Soreang, Senin (7/9/2020).
Menurutnya, jika berhitung berdasarkan kalkulasi kasar, maka kursi yang dimiliki PKS sudah lebih dari cukup. Selain itu, jika dilihat berdasarkan hitungan survey, hasilnya cukup luar biasa.
Fahmi mengungkapkan, berdasarkan hasil survey dengan pasangan manapun, PKS bisa memenangkan pasangan itu. Artinya, potensi PKS ini besar, tidak hanya dilihat dari sumber kursi, tapi juga dilihat dari jaringan Gun Gun Gunawan yang cukup luas.
“Apakah nanti jaringan beliau (Gun Gun Gunawan) akan dikerahkan? Ya iya pasti. Karena satu kesatuan,” jelasnya.
Fahmi mengakui sebelumnya pihaknya sudah memiliki strategi untuk memenangkan Gun Gun Gunawan. Tetapi, karena Gun Gun Gunawan tidak bisa diusung maju Pilkada Kabupaten Bandung, maka strategi pemenangan tersebut akan diterapkan untuk memenangkan pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan.
“Ya iya atuh pasti,” tegas Fahmi.
Jadi, seperti halnya kader PKS yang lain, Gun Gun Gunawan juga akan fatsun terhadap keputusan partai. Bahkan, kata Fahmi, Gun Gun Gunawan terus bergerak untuk menjelaskan dan mengkonsolidasikan partai, jaringan dan simpatisan.
“Bahkan sudah ada jadwal, kita akan roadshow bersama Dadang Supriatna dari satu dapil ke dapil yang lain. Terutama untuk kegiatan konsolidasi,” sambungnya.
Karena koalisi dengan PKS yang tidak terbentuk, membuat Gun Gun Gunawan tidak bisa diusung maju Pilkada Kabupaten Bandung. Apalagi, sistem Pilkada saat ini di antara partai atau gabungan partai. Di DPRD Kabupaten Bandung, PKS hanya memiliki sepuluh kursi, makanya harus membentuk koalisi.
“Nah koalisi itu yang tidak terwujud,” sambungya.
Dalam koalisi pendukung pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan ini, ada pembagian tugas untuk masing-masing partai. Misalnya, bagaimana peran dewan, bagaimana peran struktur dari tingkat kabupaten hingga tingkat bawah, hingga berbicara mengenai pembagian wilayah.
“Banyak jaringan-jaringan kita yang mungkin saja, tidak tersentuh oleh jaringan partai lain. Jadi, kita saling mengisi disitu. Misalnya, PKB yang memiliki jaringan pesantren, sedangkan PKS jaringannya di majelis taklim, pemuda, ormas. Kemudian Partai Demokrat jaringannya di LSM, dan lain sebagainya,” papar Fahmi.
Setelah usaha-usaha membangun koalisi tidak berhasil, sebagai partai politik tidak bisa absen di Pilkada Kabupaten Bandung. Karena, kepentingannya adalah untuk pembangunan. Kemudian, PKS membaca ketiga pasangan yang muncul yaitu yang berpotensial untuk kerjasama selanjutnya.
“Diantara ketiga pasangan, ada plus minusnya. Hingga pada akhirnya jatuhlah ke Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan. Kita banyak pertimbangan, tidak hanya elektabilitas, tapi juga mempertimbangkan komunikasi politik yang mungkin akan terbangun nanti setelah menjabat. Kemudian pertimbangan berdasarkan masukan dari bawah, kalkulasi-kalkulasi secara kursi dan sebagainya,” tuturnya.
PKS adalah partai yang solid. Tidak pernah terjadi perpecahan di internal PKS. Terkait adanya reaksi yang muncul akibat jatuhnya dukungan PKS kepada pasangan Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan, kata Fahmi, merupakan hal yang wajar.
“Wajar jika yang senang dan dingin. Tapi sepekan ini, kita terus konsolidasi. Dan ketika kita datangi tidak ada riak-riak,” kata Fahmi.
Menurut Fahmi, jika ada reaksi di media sosial, maka hal tersebut tidak bisa menjadi ukuran. Karena faktanya, PKS adalah partai kader, termasuk Gun Gun Gunawan adalah kader.
“PKS adalah partai kader, dan Pak Gun Gun adalah kader yang ditugaskan waktu itu. Jadi beliau (Gun Gun) bergerak untuk mencari koalisi adalah karena menjalankan tugas partai,” tutur Fahmi.
Selanjutnya, Fahmi juga menyinggung PKS yang sudah menjalin koalisi dengan Partai Golkar selama lima tahun. Fahmi menampik hubungan PKS dan Partai Golkar sudah putus, karena di Pilkada Kabupaten Bandung 2020, PKS lebih memilih mendukung pasangan Bedas.
Fahmi memastikan hingga akhir periode Bupati Bandung Dadang M Naser, koalisi antara PKS dan Partai Golkar akan tetap terjaga.
“Bahkan kita berkomitmen, kita ingin mensukseskan DN dengan Gun Gun. Karena komunikasi yang baguslah, kita masih tetap bareng-bareng. Soal Pilkada yang sekarang, itu kan karena realitanya memang begitu,” ujarnya.
Fahmi mengapresiasi kinerja Bupati Bandung saat ini, bahkan Bupati Bandung sebelumnya. Tetapi, memang banyak hal yang harus dibangun dan ditingkatkan.
“Ada ekspektasi yang diinginkan sejak awal, tapi tidak tercapai. Ya tentu, jangan kemudian kita mundur dan diam. Kita harus mencari alternatif. Termasuk koalisi ini adalah bagian dari langkah kita untuk berkontribusi,” katanya.
Saat ini, pihaknya hanya akan melakukan persiapan teknis Pilkada Kabupaten Bandung ini, seperti bagaimana kinerja tim Pilkada di lapangan seperti mengenai Alat Peraga Kampanye (APK), saksi dan lain sebagainya. Itu adalah masalah teknis yang akan terus dikoordinasikan.
“Bahkan tidak hanya menkonsolidasikan secara internal, tapi juga menkonsolidasikan antar partai pendukung yang ada di daerah,” pungkasnya.***
Editor: denkur