DARA | CIANJUR – Potensi penyebaran Newcastle Disease (tetelo,salah satu penyakit yang menyerang unggas) saat ini relatif tinggi. Tingginya potensi penyakit tersebut terkait dengan curah hujan cukup tinggi.
Belum lama ini Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur mendapat laporan kematian massal ayam di Kecamatan Sukanagara. Semula ada dugaan kematian masal ayam tersebut akibat flu burung (Avian Influenza/AI).
“Kami langsung bergerak ke lokasi. Di sana kami lakukan tes cepat. Tapi hasilnya negatif. Kematian massal itu karena tetelo,” kata Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur, Agung Rianto, Rabu (13/2/2019).
Sejauh ini kasus Newcastle Disease di Kabupaten Cianjur relatif kecil. Masyarakat biasanya akan mengolah ayam yang mati karena tetelo, menjadi makanan.
“Tapi memang nggak apa-apa asal diolah dengan baik dan benar di suhu panas yang benar-benar tinggi. Jangan dipanggang. Tapi namanya hewan sakit, rasanya juga kurang begitu enak,” ujarnya.
Disebutkan, kasus Avian Influenza (AI) atau flu burung dalam kurun waktu tiga tahun terakhir di Kabupaten Cianjur, nihil. Namun bersamaan dengan kondisi cuaca sekarang yang relatif ekstrem, Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan setempat mewaspadai mewabahnya tetelo.
Kasus flu burung, lanjut dia, terakhir terjadi pada 2015 di Desa Kubang, Kecamatan Sukaresmi. Lokasinya berada di perbatasan dengan Kabupaten Bogor. Saat itu dilaporkan terjadi kematian massal ayam.
“Alhamdulillah sampai sekarang sudah nggak ada. AI bisa berpotensi muncul saat perubahan cuaca. Waktu itu kami mendapat laporan adanya 10 ekor ayam yang mati mendadak. Kami langsung turunkan tim ke lokasi. Setelah dilakukan tes cepat, ayamnya langsung dibakar dan dikubur,” katanya.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus flu burung, menurut dia, sarana dan prasarana di sekitar lokasi juga sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan uji cepat. Sehingga masyarakat bisa melakukan upaya penanganan cepat.
“Kandangnya juga langsung kami semprot menggunakan disinfektan. Untuk disinfektan, kalau tidak ada bisa diganti menggunakan deterjen,” ujarnya.***
Wartawan: Purwanda