Zaman dulu sekitar tahun 1950 hingga 1965, semangat gotong royong benar-benar tumbuh di masyarakat. Manfaatnya pun sangat terasa. Lalu, bagaimana sekarang?
DARA – Majalaya adalah salah satu kota kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kota ini kini berubah drastis, baik dari sisi kepadatan pendudukan maupun perkembangan perekonomian. Majalaya, kini benar-benar jadi kota heterogen yang roda perekonomiannya melesat signifikan.
Dulu, semangat gotong royong masyarakat pribumi di Majalaya ini benar-benar tumbuh dan melekat di kalangan masyarakat pribumi. Itu dirasakan pada dasawarsa tahun 1950 hingga belasan tahun ke depan atau sekitar tahun 1965-an.
Begitu kata tokoh masyarakat Majalaya H Dudu Kosasih yang saat ini berusia 73 tahun.
Ia mengisahkan, semangat gotong royong di antara masyarakat setempat kala itu diimplementasikan melalui sejumlah pembangunan infrastruktur maupun fasilitasi pemerintah dan sarana pendidikan serta kesehatan.
“Pembangunan infrastruktur itu mulai proses perencanaan hingga pengerjaannya melalui swadaya masyarakat. Para pelaku usaha setempat yang saat itu pengusaha pabrik tekstil yang memiliki keuntungan dari hasil usahanya itu, iuran atau menyisihkan keuangan untuk kepentingan/keperluan pembangunan di daerah,” tutur Dudu Kosasih kepada wartawan di Majalaya, Minggu (15/5/2022).
Selain partisipasi dalam kebutuhan anggaran untuk pembangunan fisik, kata Dudu, masyarakat lainnya pun turut menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk sama-sama gotong royong dalam mewujudkan sebuah pembangunan.
“Kala itu, masyarakat gotong membangun Jalan Gandasoja Majalaya, yang semula di kawasan jalan itu merupakan lahan sawah,” ujar Dudu.
Tak hanya membangun akses jalan, masyarakat setempat gotong royong membangun klinik kesehatan di Desa Majakerta Kecamatan Majalaya yang saat ini di tempat sama itu dibangun Puskesmas Cikaro.
“Dulunya itu klinik kesehatan yang dibangun masyarakat. Proses pembangunannya pun melalui perkumpulan masyarakat yang dinamakan Yayasan Pembangunan Majalaya atau yang disingkat YPM,” katanya.
Rekam jejak YPM itu, kata Dudu, turut membantu dalam proses pembangunan kantor Kecamatan Majalaya di kawasan Alun-alun Majalaya.
Saat ini lokasinya digunakan untuk pusat ruko atau perdagangan setelah pejabat pemerintahan setempat melaksanakan ruislag atau tukar guling lahan itu dengan lahan di Desa Majasetra Kecamatan Majalaya, yang saat ini digunakan Kantor Kecamatan Majalaya.
“Namun keberadaan YPM saat ini, bahkan sudah lama tak terdengar lagi. Bahkan hadirnya YPM itu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya dalam peningkatkan berbagai infrastruktur pembangunan,” tutur Dudu.
Keberadaan YPM kala itu, kata Dudu, dalam berbagai proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan tidak mengandalkan anggaran dari APBD atau pemerintah.
“Ini murni dari anggaran hasil gotong royong masyarakat setempat,” katanya.
Ia berharap nilai-nilai semangat perjuangan dalam peningkatan pembangunan yang sudah dicontohkan oleh para sesepuh dahulu kala itu dilanjutkan oleh generasi milenial saat ini.
“Saya perhatian saat ini, masyarakat dalam membangun daerah itu lebih mengutamakan dan berharap ada bantuan dari pemerintah. Sehingga apa yang dilakukan para orang tua masa silam, berbanding terbalik di kondisi saat ini,” ujarnya.
Dudu juga mengatakan, keberadaan para orang tua dulu yang tergabung dalam YPM itu turut terlibat dalam penataan kawasan Kota Majalaya, di antaranya Alun-alun Majalaya.
“Alangkah baiknya, para generasi milenial saat ini kembali menumbuhkembangkan YPM, untuk membangkitkan semangat gotong royong dalam membangun suatu daerah,” katanya.
Dudu juga menyebutkan warga Majalaya pun ketika di masa pemerintahan kewadanaan di Kabupaten Bandung puluhan tahun silam sempat membantu dalam proses pembangunan Gedung Juang di Cicalengka.
“Karena saat itu Majalaya pusat kewadaannya di Cicalengka, sehingga masyarakat Majalaya berjibaku membantu pembangunan Gedung Juang di Cicalengka. Namun saat ini kewadaan sudah dilebur dan hanya ada pusat pemerintahan kecamatan,” katanya.
Dudu mengungkapkan, cerita masa silam dengan membandingkan kondisi perkembangan saat ini, diharapkan menjadi perbandingan atau referensi untuk peningkatan pembangunan di Majalaya.
“Tidak ada salahnya semangat gotong royong itu dibangkitkan lagi oleh para penerus bangsa dari kalangan milenial. Jadi dalam pembangunan itu tak hanya mengandalkan pemerintah. Contohnya dalam pembangunan jembatan, jalan gang maupun jalan-jalan yang ada di daerah, karena manfaatnya juga untuk kita semua,” ujarnya.
Editor: denkur