DARA | JAKARTA – Prancis mencekam. Puluhan ribu kelompok rompi kuning (gilets jaunes) menggelar aksi demo besar-besaran disertai pengrusakan fasilitas publik di Champs Elysees, Rue Saint-Honore, danAvenue Montaigne, Sabtu (8/12/2018).
Meski ribuan polisi disiagakan, namun anarkisme terus terjadi pada sejumlah bangunan dan pertokoan. Museum Louvre dan Menara Eiffel pun ditutup demi keamanan. Monumen-monumen ikonik Arc deTriomphe, Tuileries Gardens, dan Place Vendome juga dirusak. Departement store mewah dari Printemps sampai Galeries Lafayette harus menutup tokonya.
Tutupnya berbagai lokasi wisata dan toko barang mewah menyebabkan kerugian keuangan negara Prancis. Dilansir dari CNN, mengutip Business of Fashion, Wali Kota Paris Anne Hidalgo memperkirakan kerugian diprediksi mencapai 3-4 juta euro (US$3,4 juta-US$4,5juta).
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan, beberapa merek mengalami penurunan penjualan 20-40 persen sejak demonstrasi dimulai.
Mario Ortelli, managing partner penasehat mewah Ortelli & Co mengungkapkan demo ini memberikan dampak yang jelas terhadap konsumsi domestik dan wisatawan. “Anda tentunya tak akan belanja di Louis Vuitton di Champs Elysees ketika ada mobil terbakar di jalan. Anda juga pasti tak akan berjalan dengan tas Hermes ketika protes kekerasan terjadi,” ujarnya.
Aksi protes dan kerusuhan itu terjadi saat musim liburan dan belanja dimulai – salah satu musim paling penting dalam kalender tahunan label mewah. “Ini adalah waktu puncak untuk penjualan harga penuh di Eropa. Anda bisa kehilangan peluang untuk menjual dengan harga penuh jika orang menunda pembelian dan mulai belanja ketika harganya sudah turun,” ujar Ortelli ***
Editor: denkur.