Beberapa waktu lalu, angin puting beliung menerjang sejumlah desa di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Ribuan rumah terdampak oleh kejadian itu.
DARA | BANDUNG – Pemkab Bandung, Jawa Barat memprediksi, ada 1.200 rumah terdampak angin puting beliung yang terjadi di Kecamatan Pangalengan beberapa hari lalu. Pihaknya tak mencatat ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Ribuan rumah itu tersebar di Desa Margamulya, Sukamanah, Margamukti, Wanasuka, dan Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan itu. “Tidak ada korban jiwa atas peristiwa ini. Saya lihat masyarakat sudah lebih siap menghadapi bencana. Meski demikian, kita semua harus tetap waspada terhadap kejadian serupa di wilayah lainnya,” kat Bupati Bandung, H Dadng M Naser, saat meninjau dua desa terdampak bencana angin puting beliung di Kecamatan Pangalengan, Selasa (22/10/2019).
Mengenai bantuan, lanjutnya, hingga saat ini masih dalam proses pendataan dan assessment kerusakan oleh BPBD Kabupaten Bandung bersama pihak terkait. Bupati meminta, BPBD menginventarisir bantuan material pascabencana untuk korban.
“Selain aparat, masyarakat juga bahu membahu saling membantu melakukan evakuasi reruntuhan pohon. Untuk bantuan, nanti kita akan lakukan sesuai prosedur dan warga yang rumahnya tidak layak, akan mejadi prioritas,” ujar bupati didampingi Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Akhmad Djohara.
Kepada masyarakat, dia mengimbau selalu waspada terhadap anomali cuaca yang saat ini mengalami peralihan. “Kerusakan akibat angin kencang yang terjadi di Pangalengan ini bukan yang pertama kali, sebelumnya pernah terjadi di Rancaekek, Ciparay, Baleendah dan Cicalengka.”
Sementara Kepala Data dan Informasi BMKG Bandung, Rasmid, menjelaskan, angin kencang terjadi akibat perbedaan tekanan udara yang cukup signifikan antara wilayah bumi elahan selatan (BBS) dan Utara (BBU). Perbedaan tersebut menyebabkan terbentuknya lintasan arus kecepatan angin yang kencang dalam jalur sempit di atmosfer.
Dia menyebutkan, sejumlah wilayah di Jawa Barat sudah memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Pada masa peralihan ini rentan terjadi cuaca ekstrem.
“Berpotensi terjadinya cuaca ekstrem, di antaranya angin kencang dan terpantau juga peningkatan kecepatan angin di wilayah Jawa Barat, termasuk di Kabupaten Bandung,” ujar Rasmid.
Senada dengan bupati, Rasmid juga mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap peralihan cuaca ini. Pada Oktober, Jawa Barat memasuki masa peralihan musim dari kemarau ke musim hujan, sehingga berpotensi terjadi cuaca ekstrem seperti angin kencang.
“Tetap waspada dan selalu siaga, karena saat ini Jabar memasuki masa peralihan musim,” katanya.***
Wartawan: Fattah | Editor: Ayi Kusmawan