Ditengah pandemi Covid-19, produksi beras di Cianjur mengalami surplus. Periode Januari-Maret 2020 mencapai 167 ribu ton. April ini diperkirakan bertambah 154 ribu ton.
DARA | CIANJUR – Kelebihan produksi pangan itu membuat Cianjur berpotensi menjadi penyangga logistik ibu kota di tengah pandemi corona. Bahkan, tidak hanya beras, tetapi juga komoditas sayuran.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Mamad Nano, mengatakan, Cianjur memiliki luas lahan pertanian yang eksisten sekitar 66 ribu hektar dan luas tanam 90 ribu hektar.
Produksi padi berupa gabah kering di triwulan pertama mencapai 167 ribu ton, terdiri dari 36 ribu ton pada Januari, 97 ribu ton di Februari, dan di Maret sebanyak 67 ribu ton.
“Kita pastikan pada April ini produksinya akan meningkat, karena bertepatan dengan panen raya. Diperkirakan produksi gabah kering giling mencapai 154 ribu ton,” jelas Mamad, kepada wartawan, Rabu (8/4/2020).
Mamad menjelaskan, kebutuhan pangan warga Cianjur hanya 20.345 ton per bulan, dengan perhitungan seorang warga mengkonsumsi 9 kilogram beras per bulan. “Jika dikalikan 2,2 juta penduduk Cianjur, totalnya kebutuhan pangan kita 20 ribu ton per bulan,” ungkapnya.
Dibandingkan dengan produksi, kebutuhan pangan Cianjur sudah sangat tercukupi. Surplus pangan tersebut memungkinkan Cianjur untuk menjadi penyangga ibu kota untuk logistik di tengah pandemi Corona.
“Itu bisa dilakukan selama tidak hanya kebutuhan, tapi Cianjur memiliki stok lebih selama wabah ini. Rencananya Pemkab akan pengadaan dan memenuhi gudang beras di Warungkondang sebagai cadangan pangan. Kalau sudah aman, tentu Tatar Santri berpeluang untuk menjadi penyuply logistik pangan untuk kota besar,” tuturnya.
Selain beras, lanjut Nano, produksi sayuran di Cianjur juga surplus. Diantaranya untuk bawang daun, kol, cabai, dan lainnya. Dalam sebulan produksinya mencapai puluhan ribu ton, sedangkan kebutuhan hanya ribuan ton per bulan.***
Editor: denkur