Sesepuh Goa Pawon, H. Elan Sumarna mengisahkan pada zaman dahulu Goa Pawon, suka dipakai tempat ziarah para pendekar pencak silat.
DARA| BANDUNG- Goa Pawon di Kawasan Karst Gunung Masigit Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat (Jabar), memiliki kisah budaya tersendiri. Selain terdapat situs manusia purba, yang berusia ribuan tahun lalu, di goa inipun konon dulunya sebagai tempat prosesi ritual khusus (ritus) para leluhur menyerahkan senjata (pusaka) pada keturunannya.
Pada zamannya, membagikan pusaka dari leluhur ke keturunannya tidak begitu saja. Namun melalui ritus yang dianggap sakral.
Begitu juga para leluhur yang menguasai sekitar Gunung Masigit, menyerahkan pusaka pada keturunannya melalui prosesi Panuhun Pusaka Karatuan.
Sesepuh Goa Pawon, H. Elan Sumarna mengisahkan pada zaman dahulu Goa Pawon, suka dipakai tempat ziarah para pendekar pencak silat.
Disana ditemukan susuhunan (susunan) nama karuhun 41 Rama dan 25 Ibu. Dari deretan nama susunan Rama dan Ratu tersebut, diantaranya sering dipakai ziarah Susuhunan Ratu
Nyimas Ratu Sobrah Kancana, Nyimas Ratu Lereng Sintung, Nyimas Ratu Cucuk Konde, Nyimas Ratu Karembong Mayang.
Nama empat Susuhunan Ratu dari 25 keseluruhan yang ada di situ, merupakan identik dengan nama perkakas wanita. Kemudian dipakai senjata untuk bela diri pencak silat.
“Sebenarnya, itu parabot istri (perkakas wanita), tapi bisa dipakai senjata pencak silat. Seperti cucuk konde dan sobrah (gelung palsu) dan Karembong (selendang),” ujarnya, saat prosesi Panuhun Pusaka Karatuan di Goa Pawon, Rabu (19/5/2021).
Meskipun hanya perkakas wanita, namun ketika digerakan dengan kekuatan ilmu, mampu menumbangkan lawan. Untuk menguasai ilmu pencak silat, tentunya keturunan dari para leluhur ini sebelumnya digembleng sampai benar-benar menguasai ilmunya.
Ketika dipandang cukup mampu menggerakkan perkakas wanita menjadi senjata bela diri, maka diselenggarakan ritual penyerahan pusaka itu.
Kini, penyerahan pusaka tersebut dikulik kembali oleh para inohong Sunda seperti Nanu Munajar Dahlan atau kerap dipanggil Abah Nanu. Ia pula yang menggagas melakukan ritual Panuhun Pusaka Karatuan di Goa Pawon.
Menurut Abah Nanu, dari sekian keratuan, yang bisa diaktualisasikan pada saat ini dalam gerakan pencak silat, baru sobrah, cucuk konde dan Karembong.
Penggagas gerak silat menggunakan pusaka tersebut almarhumah Hj. Enni, salah satu seniman Sunda. Pada suatu saat almarhumah Hj. Enni tampil di Negara Singapura dengan menggunakan perkakas itu.
“Saat mau ngibing, beliau lupa tidak bawa senjata seperti biasanya. Jadi dia pergunakan sobrah, tusuk konde dan selendang untuk dijadikan senjatanya,” papar Abah Nanu.
Gerakan yang dilakukan almarhumah tersebut, lebih bersifat spontan. Kemudian dikembangkan oleh Padepokan Pasir Ipis di Jayagiri Kecamatan Lembang, Pimpinan Abah Asep.
Pada saat pertama kali diadakan Upacara Panuhun Pusaka Karatuan di Goa Pawon ini, ibing tersebut dipertontonkan di hadapan para kasepuhan, termasuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB.

Gerakan silat yang menggunakan perkakas wanita (Foto : istimewa)
Disparbud Bandung Barat, Siap Kembangkan Goa Pawon
Goa Pawon, cukup potensial untuk dikembangkan menjadi tempat wisata unggulan KBB. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB) akan melalui Disparbud, tengah merancang pengembangan Goa Pawon tidak hanya sekedar wisata edukasi saja.
Kepala Disparbud KBB, Heri Partomo didampingi Kepala Bidang Kebudayaan Usup Suherman mengatakan, pihaknya berkeinginan untuk mereview di daerah situ menjadi satu kawasan Geopark Kawasan Rajamandala. Salah satunya pengembangan di Gua Pawon.
“Insha Allah saya akan mencoba menguak kembali bagaimana pengembangan di Goa Pawon. Karena saya melihat potensi di Gua Pawon potensinya bagus dikembangkan,” ujarnya.
Pada tahun 2022, pihaknya sudah mengajukan anggaran untuk rencana kelanjutan pengembangan museum Gua Pawon ke Propinsi Jawa Barat sebesar Rp20 miliar.
Selama ini, pembangunan Museum Goa Pawon fakum dan mangkrak, sehingga perlu dilanjutkan kembali. Padahal museum tersebut, sangat dibutuhkan untuk menyimpan arthepark di sana.
Untuk pengembangan Goa Pawon, bisa diadakan pagelaran-pagelaran, berupa festival sesuai yang diharapkan para sesepuh dan inohong
“Jadi Goa Pawon festival nantinya tidak hanya kegiatan kebudayaan saja. Namun ada kegiatan seni, kuliner. Sehingga dapat menarik para wisatawan untuk datang ke Gua Pawon,” tutur Heri.(heny/Advetorial)
Editor : Maji