DBD menyerang puluhan sebuah desa di Kabupaten Cianjur. Warga dengan sigap meminta bantuan terhadap pihak terkait. Namun, bantuan tersebut dipandang warga, lamban.
DARA | CIANJUR — Demam Berdarah Dengue (DBD) menerjang puluhan warga Kampung Babakan Astana RT 01/01 Desa Sukajaya Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dalam satu wilayah, hampir seluruh warga terjangkit penyakit tersebut, sehingga harus dirujuk ke RSUD Sayang setempat.
Bahkan, seorang pengidap DBD, Iis Aisah (42), meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan medis pada pekan lalu. Suami Iis, Asep Safrudin (52), mengatakan, istrinya meninggal setelah dirawat selama satu hari.
Selain menyerang istrinya, DBD juga menjangkiti tiga anggota keluarganya yang lain. ”Hampir seluruh keluarga saya terjangkit, sejak sebulan terakhir,” ujar Asep, Rabu (23/10/2019).
Awalnya, lanjut dia, sebelum DBD meluas ada satu keluarga di Kmapunya yang terkena. Warga juga langsung mengajukan penanganan kepada pemerintah, tapi tidak ada tanggapan.
Semakin lama, penyakit tersebut semakin banyak menjangkiti warga sekitar. Hingga akhirnya, dari satu RT tersebut 40 persen warganya menderita DBD sehingga perlu mendapat perawatan intensif.
Menurut Asep, setelah kondisi menjadi lebih parah, baru pihak terkait datang memberikan bantuan fogging. Selain itu, pemerintah setempat pun mulai datang ke lokasi untuk sosialisasi kesehatan.
”Bagi saya, momen (sosialisasi) itu tidak pada tempatnya, karena penyakit sudah lama terjadi dan sudah puluhan orang juga yang sakit,” ucapnya.
Asep menyayangkan, kurang responnya pemerintah terhadap kondisi yang terjadi. Sejauh ini, lanjutnya, tindakan pencegahan dapat dikatakan tidak berjalan optimal.
Hal itu diperparah oleh penanganan yang baru diberikan setelah kasus meluas. Namun, Asep tak ingin menyalahkan siapapun atas keadaan yang berlangsung di lingkungannya.
Ia hanya berharapkan, pihak terkait dapat bergerak sesuai dengan peran masing-masing untuk menangani penyakit demam berdarah. Selain itu, Asep juga berharap bantuan dari segi pembiayaan untuk pengobatan para pasien.
Menurut dia, hingga saat ini pasien yang mayoritas memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) masih dibebani biaya berobat. Sebagian besar masyarakat di sana merupakan kalangan menengah ke bawah.
“Padahal, katanya pengobatan demam berdarah itu digratiskan cuma rumah sakit bilang belum ada koordinasi dengan dinas kesehatan,” katanya.***
Wartawan: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan