DARA | CIANJUR – Pemkab Cianjur, Jawa Barat belum bisa memutus mata rantai distribusi sejumlah komoditas pasar karena belum memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk mengontrol harga dan pasokan barang.
Kondisi itu membuat pihak terkait tetap kesulitan mengontrol perputaran harga yang berdampak signifikan terhadap harga-harga komoditas di pasar yang saat ini terus melonjak. “Di antaranya daging dan telur ayam yang perlu dikendalikan agar tidak terus naik, terlebih mendekati bulan Ramadan,” kata Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian dan KUMKM Kabupaten Cianjur, Himam Haris, kepada wartawan, Kamis (2/5/2019).
Himam menyebutkan, keberadaan BUMD akhirnya menjadi kebutuhan karena dapat mengambil peran untuk mengendalikan harga. ”Seperti yang banyak diketahui, jalur atau mata rantai distribusi komoditas daging dan telur ayam masih belum terselesaikan. Sulit sekali, makanya kami menilai sudah butuh BUMD,” ujarnya.
Himam menjelaskan, nanti BUMD bisa berjalan bersama pemasok dan petani tanpa ada kendali dari tengkulak. Menurut dia, sistem yang bagus diperlukan untuk memotong mata rantai distribusi agar ada pemantauan dari hulu.
Pasalnya, lanjutnya, saat ini sistem harga bersifat terbuka dan bebas sehingga tidak ada penyelesaian. Padahal, jika ada BUMD maka gudang dan persediaan yang dimiliki setidaknya dapat membantu pasar di Cianjur.
Tetapi, Himam mengaku, dibutuhkan waktu untuk bisa mewujudkan BUMD yang optimal. Karena itu, masalah harga daging dan telur ayam yang terus naik tapi sulit turun masih terus diperhatikan.
Masalah yang terjadi selalu sama ketika harga melonjak, pedagang akan beralasan harga dari bandar, broker, dan peternak sudah tinggi. ”Untuk sementara ini, ya kami akan memanggil pihak terkait. Bersama muspida akan dibuat kesepakatan supaya (harga) tidak terlalu menonjol,” katanya.
Ia juga mengimbau, agar peternak ayam atau sapi mengutamakan pasokan untuk memenuhi kebutuhan lokal di Cianjur. Hal itu disampaikan, mengingat banyak barang yang hingga saat ini dikirim ke luar daerah, sehingga membuat Cianjur perlu didukung pasokan dari kota lain.
Lebih lanjut disampaikan, saat ini komoditas yang kerap mengalami kenaikan harga masih berada dalam angka normal. Salah satunya daging sapi, yakni sekitar Rp105 ribu-Rp110 ribu per kilogram.
Diakuinya, harga daging di Cianjr kita itu lebih bagus dibandingkan di Bogor atau Bandung. Cianjur memiliki lumbung sapi terbesar, di antaranya di kawasan Pasir Tengah, Sukaluyu, Warungkondang, dan Takokak.
“Jadi harganya relatif lebih stabil,” ujar dia.
Sementara itu, Wakapolres Cianjur, Kompol Jaka Mulyana, mengimbau, tengkulak dan bandar tidak menaikkan harga menjelang bulan Ramadan hingga Lebaran nanti. “Kami lakukan pendekatan dan sidak ke gudang bahan-bahan yang mengalami kenaikan. Ini menjadi langkah kami,” kata Jaka.
Ia mengimbau pula pelaku pasar tidak menaikkan harga yang signifikan. Jangan sampai terdapat prasangka bahwa pelaku pasar melakukan penimbunan dan sebagainya.***
Wartawan: Purwanda
Editor: Ayi Kusmawan