DARA | KARAWANG – Ratusan santri Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Karawang, Jawa Barat menggelar aksi unjuk rasa aksi bela Mbah Moen atau Kyai Haji Maimun Zubair. Mereka menyesalkan atas puisi Fadli Zon yang dinilai telah menghina Mbah Moen dan telah meresahkan warga NU di Indonesia.
Dari markas PCNU di Jalan Dewi Sartika, ratusan santri NU berjalan kaki menuju komplek Pemda Karawang di Jalan Ahmad Yani. Sepanjang jalan para santri mengumandangkan shalawat nabi dan lagu Lal Yal Wathon.
“Kami sangat menyesalkan atas puisi Fadli Zon yang kami menilai sangat meresahkan santri NU. Kami santri NU merupakan santri Mbah Moen,” kata Koordinator Lapangan Barisan Santri Pembela Kyai Kabupaten Karawang, Ahmad Ruhiyat Hasby, Jumat (15/2).
Ruhiyat mengatakan ada tiga tuntutan dalam unjuk rasa kali ini. Di antaranya adalah Fadli Zon memohon maaf secara langsung kepada Kyai Haji Maemun Zubair dan melalui seluruh media nasional.
Tuntutan ke dua, Fadli Zon menjaga identitas politiknya dengan memberikan pernyataan yang beradab. Tidak memporakporandakan identitas keagamaan dan keislaman dengan secara membabi buta melakukan serangan kepada tokoh panutan umat Islam terutama sesepun NU.
“Lalu yang ke tiga adalah secara politik apabila melakukan pengulangan dengan perbuatan yang sama terhadap tokoh panutan agama yang hanya berbeda pilihan politik, maka kami akan mengikrarkan diri untuk menjadikan Fadli Zon sebagai musuh bersama dan tidak patut berada di lembaga negara yang terhormat,” kata Ruhiyat yang juga menjabat sebagai Ketua PCNU Karawang.
Santri NU, lanjut dia, siap menabuh genderang peperangan ketika kyainya dihina. Jika Fadli Zon tidak memenuhu tuntutan itu, santri NU mengancam akan terus menggelar aksi dan melaporkan Fadli Zon kepada kepolisian.
“Kami juga meminta kepada seluruh anggota DPR dari NU, untuk melaporkan Fadli Zon kepada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD),” ujanya.
Usai berorasi di depan kantor Pemkab Karawang, ratusan santir langsung bertolak menuju Masjid Agung Karawang untuk menggelar doa bersama.***
Wartawan: Teguh Purwahandaka
Editor: Ayi Kusmawan