Sistem demokrasi di Indonesia yang menganut kebebasan pers, kebebasan berkumpul dan berpendapat di era reformasi semakin maju seiring perkembangan global. Pers Indonesia harus senantiasa meningkatkan kualitas.
DARA | JAKARTA – Begitu dikatakan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate. Jelang Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2020 pada tanggal 9 Februari mendatang, menurutnya, tantangan eksistensi dan koeksistensi serta industri pers saat ini merupakan dua komponen yang harus diperjumpakan untuk kejayaan pers di Tanah Air.
“Tantangan pers adalah eksistensi dan koeksistensi dengan tantangan industri pers itu sendiri, jadi dua komponennya yang satu adalah semangat insan pers, di sisi yang lain teknologi dan kemajuan teknologi yang harus kita perjumpakan titiknya. Ini tantangan, kita harus menyusun regulasinya dan kita masuk ke era baru untuk kejayaan pers kita,” tuturnya saat menjadi Narasumber dalam Program Indonesia Bicara bertajuk Hari Pers Nasional 2020 bersama Anugerah Adinegoro, Gedung TVRI, Jakarta, Senin (03/02/2020).
Dikutip dari laman kominfo, layaknya masyarakat global yang bertransformasi dan bermigrasi dari dunia fisik ke dunia digital, demikian juga era territorial ke era ekstraterestrial. Menteri Johnny menjelaskan bahwa bahwa tantangan yang sama juga tengah dihadapi oleh industri pers saat ini, baik pers dalam lingkup global maupun di Indonesia.
“Pers juga mulai bermigrasi dan masuk ke era digital yang merubah keseluruhan profilnya, maka tantangan eksistensinya menjadi relevan untuk kita bicarakan ke mana arah pers kita yang berkualitas di era 4.0 ini tantangan besarnya, tidak saja pers Indonesia, tetapi juga pers dunia di negara-negara dan bangsa-bangsa yang sudah menganut demokrasi, kebebasan berpendapat dan kebebasan pers sebagai acuannya,” imbuhnya.
Menurut Menteri Kominfo, menyoal eksistensi dan koeksistensi pers Indonesia salah satunya karena dilihat dari pers sebagai pilar demokrasi. “Apalagi pers ini pilar pentingnya demokrasi, dan demokrasi kita walaupun usianya baru tapi pilihan kita adalah demokrasi yang memang relevan dengan situasi kita dan berguna, bermanfaat baik adanya bagi bangsa dan negara kita. Karenanya melihat pers saat ini gak bisa kita pakai kacamata otoritarian, kita sudah di era demokrasi, regulasi dan payung-payung hukum yang disediakan saat ini mungkin belum sempurna, tetapi semangat dan landasan filosofinya adalah masuk ke era kebebasan,” tambahnya.
Menteri Johnny juga mengajak seluruh ekosistem pers dan pihak-pihak yang terkait untuk secara bersama-sama bertanggungjawab dan meningkatkan kualitas kebebasan pers. Hal ini agar kehadiran pers semakin memberikan manfaat baik secara pribadi, komunitas masyarakat hingga untuk kepentingan bangsa dan negara.
“Tantangannya pada saat kita masuk ke era yang bebas, tentu dengan lingkungan yang diterima secara umum, kita juga dihadapkan pada tantangan disrupsi sekarang ini,” ucap Menteri Johnny.
Selain Menteri Johnny, turut hadir sebagai narasumber HPN 2020 bersama Anugerah Adinegoro antara lain Tokoh Pers Nasional Ilham Bintang, Ketua PWI sekaligus Penanggungjawab Hari Pers Nasional Atal S Depari, Anggota DPR RI Nico Siahaan, anggota Dewan Pers Agus Sudibyo dan Ketua Panitia Adinegoro Rita Sri Hastuti.***
Editor: denkur | Dikutip dari laman kominfo