Pemetaan potensi seni dan budaya di Indonesia tampak belum serius. Padahal kecerdasan dan rekayasa budaya akan berdampak besar terhadap peningkatan dan pengembangan ekonomi masyarakat.
DARA | BANDUNG – Kecerdasan budaya dan rekayasa budaya itu akan berdampak besar kepada peningkatan ekonomi kreatif dan pengembangan ekonomi masyarakat.
“Kalau saya lihat di negara-negara maju tentang kecerdasan budaya dan rekayasa budaya itu, sebetulnya akan berdampak besar kepada ekonomi kreatif kepada pengembangan ekonomi masyarakat juga,” kata Prof. Dr. Arthur S Nalan, setelah dikukuhkan sebagai Guru Besar Sosiologi Seni Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Kamis (19/12/2019).
Ia mengambil contoh di Tailand. Negeri ini telah telah melakukan banyak hal.
“Walaupun mereka tidak punya UU kebudayaan. Tapi komitmennya itu setiap satu desa satu produk,” ujarnya.
Kemudian, lanjut dia, masyarakat Tailand didorong untuk melakukan hal positif dalam seni dan budaya. “Tapi, bagi yang tidak, justru pemerintah merekayasa, membuat produk budaya apa yang bisa dikembangkan dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.”
Di Indonesia juga ada di beberapa tempat. Tapi, menurut Arthur, masih menghadapi beberapa problem, antara lain SDM dan pendidikan yang berbasis budaya.
Setelah dikukuhkan sebagai Guru Besar Sosiologi Seni, sekarang ia mengaku punya tantangan besar. Khususnya di kampus tempat mengajarnya ini.
“Jadi saya punya tantangan untuk mencoba memotivasi semua, mungkin pimpinan daerah, khususnya seniman dan budayawan untuk bisa menyadari betul potensi seni ini luar biasa. Jawa Barat juga luar biasa,” katanya, kepada wartawan.
Hanya, menurut dia, pemetaan potensi itu yang belum digarap secara serius. Dengan UU 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan itu, ia sebut sebagai suatu upaya yang semua inginkan bisa terwujud secara bertahap.
“Di sisi lain, khususnya Jawa Barat, saya kira sama. Jawa Barat juga harus memetakan potensi seni budayanya dan melakukan banyak hal, kemudian dokumentasi, pengkajian, dan mengomunikasikan dalam bidang-bidang yang lebih jelas dan lebih terarah, lebih memberikan bermanfaat bagi kehidupan nusa dan bangsa,” ujar Arthur, seraya menambahkan, ia ingin memajukan masyarakat agar melek terhadap seni budaya yang dimilikinya baik di daerahnya maupun di lingkaran makro.
Sementara itu, Rektor ISBI Bandung, Dr. Hj. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum, menyebutkan, perguruan tinggi di Indonesia, kini sedang mengalami krisis profesor atau guru besar. Dengan pengukuhan Arthur S Nalan sebagai Guru Besar Sosiologi seni di ISBI, dapat memotivasi ratusan dosen lainnya.
Di ISBI Bandung, lanjut Een, semula ada enam profesor yang kini hanya tinggal tiga orang. Tapi, pihaknya telah menyiapkan lima calon guru besar menyusul Arthur.
“Dari lima itu, kelihatannya tiga orang yang progresnya paling bagus.” Katanya.***
Wartawan/Editor: Ayi Kusmawan