Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan, mencanangkan Ekonomi Kuat pada tahun 2030.
DARA – Mewujudkan semua itu perlu ditunjang dengan berbagai faktor, salah satunya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat pula.
“Untuk menciptakan Ekonomi Kuat 2030, harus ditunjang dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas,” ujar Hengky, saat membuka Rembuk Stunting Tingkat KBB Tahun 2022 di Hotel Novena-Lembang, Kamis (21/7/2022).
Hengky meminta semua stackeholder bekerjasama dalam mewujudkan harapannya tersebut. Begitu juga pada organisasi perangkat daerah (OPD) lebih serius menangani persoalan stunting di wilayahnya.
Salah satu upaya yang dilakukan Pemkab Bandung Barat untuk mewujudkan Ekonomi Kuat 2030 adalah mencegah terjadinya stunting pada anak-anak.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Kepala Badan Perencanaan dan Penelitian Pengembangan Pembangunan Daerah (Bapelitbangda) KBB, Asep Wahyu memaparkan, untuk persoalan stunting pemerintah daerah berkomitmen akan melakukan penurunan angka stunting tahun 2023.
“Kita akan bekerja keras, karena persoalan stunting akan jadi ancaman serius bagi kehidupan masa mendatang,” ujarnya.
Menurutnya, terjadinya stunting tidak terlepas persoalan gizi buruk. Jika ketersediaan gizi tidak diperhatikan saat ini, maka tentu saja jadi ancaman serius bagi generasi yang akan datang.
Ia juga menyatakan, ke depan akan dihadapkan dengan persoalan remaja diusia produktif lebih banyak dari penduduk usia yang tidak produktif.
Usia produktif adalah penduduk yang berusia 15 tahun. Dan suatu saat, penduduk berusia produktif tersebut akan melebihi angka 65 persen. Artinya penduduk produktif akan menanggung 35 persen penduduk yang tidak produktif.
Tentunya beban yang bakal dipikul oleh penduduk usia produktif itu, harus ditunjang dengan SDM yang sehat, tangguh dan berkualitas.
Menciptakan manusia-manusia tangguh di era yang akan datang, dimulai dari sekarang.
Pemerintah pusat mencanangkan, Indonesia Kuat pada tahun 2045 dengan zero stunting. Untuk mewujudkan semua itu, pencegahannya harus dimulai dari sekarang.
“Bayi yang dilahirkan tahun ini akan berumur 23 pada tahun 2045, yang termasuk usia produktif,” kata Asep.
Oleh karena itu, pencegahan stunting harus digencarkan mulai sekarang dengan kerja sama semua stackeholder.
Pemerintah KBB sendiri, sebagai bentuk keseriusan melakukan pencegahan stunting dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).
Untuk TPPS tersebut dibentuk mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan hingga tingkat desa dengan melibatkan berbagai komponen masyarakat.
Menurut Asep, Pemda KBB melekatkan pelayanan dasar kesehatan dan pelayanan dasar lainnya menjadi visi yang utama. Dan stunting salah satu program pertama yang menjadi prioritasnya.
Bukan tanpa dasar, jika program stunting menjadi prioritas. Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes), 29,6 persen penduduk KBB rawan gizi buruk.
Data tersebut dilihat dari data statistik hasil penimbangan di setiap posyandu.
Asep menyatakan, jika angka tersebut cukup mencengangkan. Kalau penduduk KBB tahun 2020 adalah 1.872.000 jiwa, tinggal dihitung, berapa orang yang mengalami gizi buruk.
“Jangan-jangan 29,6 persen itu ada saudara kita, tetangga, adik atau kerabat juga atau jangan jangan ada di RT RW dan desa kita,”ucapnya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi persoalan tersebut Pemkab Bandung Barat pada tahun 2023 telah menetapkan 20 lokus prioritas penanganan stunting.
Ia juga menegaskan, langkah yang dilakukan Pemkab Bandung Barat tersebut sebagai bentuk upaya terbebas dari persoalan stunting.
“Kita juga mengupayakan, agar penduduk KBB memiliki lapangan pekerjaan, sehat dan memiliki kualifikasi kompetensi, sehingga bonus demografi menjadi berkah bukan musibah,” ujarnya. (Advetorial)
Editor: denkur