DARA | BANDUNG – Revitalisasi lembaga vokasi atau SMK merupakan upaya Pemprov Jawa Barat untuk menyiapkan SDM yang unggul, berkualitas, dan berdaya saing dalam menatap revolusi industri 4.0.
Terdapat sejumlah aspek yang menjadi atensi Pemprov Jawea Barat dalam merevitalisasi SMK. Mulai dari aspek kelembagaan, kurikulum, dan kerja sama dengan Dunia Usaha atau Dunia Industri ( DU/DI ).
Selain itu, terdapat program magang guru untuk terpenuhinya guru produktif yang kompeten termasuk guru tamu dari praktisi. “Dengan begitu sekolah vokasi mampu meningkatkan SDM dan kompetensi melalui lembaga sertifikasi profesi. Tidak cukup memiliki ijazah. Tapi kompetensi dengan sertifikat kompetensi,” kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dewi Sartika, dilansir jabar.go.id, Rabu (11/9/2019).
Dewi juga mengatakan, penyelarasan kurikulum SMK dengan DU/DI merupakan langkah kerja kolaboratif antara pihak SMK di Jabar; Disdik Jabar; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI; Kementerian Perindustrian ; Kemenko Perekonomian; dan kementerian lainnya sesuai amanat Inpres 9/ 2016 serta pihak industri/perusahaan.
Pada 2018, lanjut dia, Pemprov Jawa Barat juga telah melakukan pilot project keahlian kopi di SMK PPN Tanjungsari sebagai contoh link and match di saat kopi Jawa Barat menjadi tren di dunia. Kemudian, keahlian teh di SMK Negeri 13 Garut dan keahlian kriya logam di SMK Negeri 3 Tasikmalaya.
Selain itu, 894 SMK di Jawa Barat telah bermitra dengan industri/perusahaan. Hal itu, menurrut dia, dilakukan sebagai upaya penyesuaian kurikulum dengan DU/DI.
Pemprov Jawa Barat pun sudah menyelaraskan kurikulum 34 kompetensi keahlian dengan kebutuhan industri saat ini. Hal ini untuk pembentukan kelas industri dengan pembelajaran berbasis Teaching Factory.
Untuk bidang lainnya, Dinas Pendidikan telah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perikanan dan Kealautan, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan dan dinas lainnya yang terkait dengan kompetensi keahlian di SMK untuk program penyelarasan kurikulum di SMK .
“Tujuannya adalah bagaimana menghasilkan lulusan-lulusan SMK yang memang sesuai dengan kebutuhan industri. Salah satu caranya, seluruh SMK punya mitra dengan DU/DI. Ada anak-anak yang magang di tempat industri, termasuk guru-gurunya dan profesional industry menjadi instruktur di sekolah dan program industri datang ke sekolah,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan