“Kami mohon, tolong pemotongan dari tarif diperkecil. Karena sekarang pemotongannya 20 persen dari seorang driver. Jadi kalau satu driver ngambil food, dari driver ada dan dari resto ada,” ujar Aep Duyeh.
DARA | BANDUNG – Perkumpulan Driver Online Jawa Barat Bersatu (DOJB) melakukan aksi unjuk rasa di depan Balai Kota Bandung, Jalan Wastu Kencana, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (13/7/2020). Mereka menuntut janji dari Wali Kota Bandung Oded M. Danial.
Dalam aksinya, Kordinator satgas DOJB, Aep Duyeh mengatakan, ada beberapa tuntutan yang mereka layangkan kepada Pemerintah Kota Bandung
Tuntutan pertama yang mereka layangkan yaitu mereka meminta diaktifkan kembali go ride atau grab bike. Karena sesuai janji yang disebutkan oleh wali kota, adanya pembukaan aplikasi tersebut pada 9 Juli 2020.
Selanjutnya, mereka meminta menghapuskan skema berkat dan menggantinya ke skema awal 2017-2018.
“Kami mohon, tolong pemotongan dari tarif diperkecil. Karena sekarang pemotongannya 20 persen dari seorang driver. Jadi kalau satu driver ngambil food, dari driver ada dan dari resto ada,” ujar Aep Duyeh saat ditemui di sela aksi di depan Balai Kota.
Asep menjelaskan, dalam skema berkat, para driver dalam 5 trip hanya mendapat bonus Rp35 ribu. Untuk per satu tripnya diberikan bonus Rp8 ribu. Jadi total seharusnya Rp40 ribu tapi ada pemotongan.
“Kalau dulu 20 kali narik itu dapat bonus Rp140 ribu. Jadi total yang kita dapat sehari hampir Rp300 ribu lebih,” jelasnya.
Tak hanya itu, driver Ojek Online juga meminta dihapusnya tes Covid-19 bagi driver di Jawa Barat. Karena menurutnya, hal itu percuma saja dilakukan karena mereka tidak memiliki uang lebih untuk membayar rapid test. Hal itu disebabkan sedikitnya penghasilan yang mereka raih selama pandemi.
“Kita sekarang narik jarang. Jangankan buat rapid test, buat makan sehari-hari saja cuma Rp 35 ribu yang bisa kita bawa pulang ke rumah,” ujarnya.
Aep mengaku, bahwa dari pihak manajemen sendiri, bahkan dari pemerintah pun tidak ada sama sekali bantuan rapid test secara gratis.
“Jadi kami minta untuk di tiadakan rapid test. Tapi kalau gratis kami bersedia. Tapi juga percuma sih,” ungkapnya.***
Editor: Muhammad Zein