Selain menguasai ilmu agama, santri diharapkan juga mampu menguasai wawasan ekonomi. Dengan menguasai sumber ekonomi, kekuasaan akan mudah dicapai.
DARA | BANDUNG – Sebanyak 5.000 leih santri dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengikuti Gebyar Hari Santri Nasional tingkat Kabupaten Bandung Tahun 2019. Seribu orang di antaranya dari Kecamatan Soreang, 600 santri dari Kutawaringin, 300 dari Katapang, 250 dari Cangkuang, 220 dari Baleendah, 200 dari Banjaran, 200 dari Pasirjambu, 150 dari Kecamatan Ciwidey, dan masing-masing seratus santri dari 23 kecamatan lainnya.
Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser, mengungkapkan, peringatan hari santri terinspirasi dari Resolusi Jihad yang dicetuskan Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), K.H. Hasyim Asy’ari, 22 Oktober 1945. Meskipun K.H. Hasyim Asy’ari intinya menggelorakan santri di Surabaya pada waktu itu, lanjut bupati, gemanya sampai ke seluruh penjuru tanah air.
“Menyemangati para santri dan kiai di seluruh nusantara, bahwa berjuang membela kemerdekaan adalah suatu kewajiban,” ujar bupati, pada acara yang dipusatkan di Dome Bale Rame Soreang, akhir prkan lalu.
Semangat itu, menurut bupati, harus terus dimaknai umat Islam, terutama para santri, dalam mengisi kemerdekaan. Saat ini perangnya bukan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, melainkan tapi perang ekonomi, perang peradaban dan perang budaya.
“Tingkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang ke depannya untuk menguasai sumber ekonomi,” katanya.
Menghadapi era revolusi industri 4.0, lanjutnya, pesantren sebagai tempat para santri menimba ilmu, harus mampu mengembangkan metodologi pendidikannya. “Bagaimana nanti basis pesantren itu untuk meningkatkan wawasan penguasaan perekonomian, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam.”
Ia menambahkan, jika menguasai sumber ekonomi, kekuasaan akan mudah dicapai. Nabi awal bergerak di Madinah itu menguasai perdagangan, berdagang sambil berdakwah.
“Inilah yang harus dikuatkan pada diri umat Islam dalam momen hari santri,” ujarnya.
Di zaman digital dan era milenial, bupati mengingatkan santri harus bisa menghadapinya tanpa mengesampingkan nilai-nilai keagamaan. Semakin mudahnya mengakses informasi dan semakin canggihnya teknologi komunikasi, harus dapat dimanfaatkan untuk syi’ar Islam.
Ia pun mengapresiasi TNI/Polri, yang mempersilakan para hafidz Al Qur’an untuk bergabung ke dalam lembaga tersebut. “Sekarang TNI/Polri luar biasa akomodatif, santri hafal satu juz bisa masuk tanpa testing, ini hadiah yang luar biasa bagi para santri.”
Mengusung tema nasional ‘Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia’, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bandung H. Asep Ismail menambahkan, peringatan hari santri pada tahun ini terasa cukup istimewa. Terutama dengan telah diterbitkannya Undang Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2019 Tentang Pesantren.
Dengan undang-undang pesantren, ia yakin, pesantren tidak hanya memiliki fungsi pendidikan. Tapi juga mengemban fungsi dakwah dan pengabdian kepada masyarakat.
“Melalui undang-undang ini pula, negara hadir untuk memberikan rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi pada pesantren dengan tetap menjaga kekhasan dan kemandiriannya,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan