DARA | KARAWANG – Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat membantah dipulangkannya Sunarti, pasien obesitas asal Kabupaten Karawang, karena kehabisan kuota asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Tapi, pihak RSHS tidak memberikan penjelasan atas bantahannya tersebut.
Menurut salah seorang tim dokter RSHS yang menangani Sunarti, Nucki Nusjamsi, tidak ada kendala biaya terkait pengobatan pasien tersebut. Dia memastikan seluruh pembiayaan sudah dipenuhi oleh RSHS dan BPJS, tanpa ada sedikit pun dari keluarga pasien.
Klaim untuk BPJS Kesehatan pun sudah dilaporkan. Jadi, menurut dia, tidak benar jika Sunarti, yang meninggal dunia semalam sepulang dari RSHS, dipulangkan karena kehabisan kuota asuransi nasional tersebut.
“Yang pasti cost itu jadi tanggungan rumah sakit. Biaya seperti ini biasa,” kata Nucki di Bandung, Selasa (5/3).
Meski begitu, dia belum mengetahui jumlah pasti biaya pengobatan Sunarti. “Mengenai berapa biaya jumlah keseluruhan, di data ada. Pasti jauh lebih besar dari yang diklaimkan BPJS,” ujarnya.
Namun, lanjut dia, pengobatan pasien seperti ini tidak mutlak dibiayai BPJS karena obesitas bukan termasuk penyakit yang diklaim sistem asuransi nasional tersebut. “Kita sangat mengerti, tidak semua penyakit di-cover BPJS. Kalau semua di-cover, bukan jebol lagi, siapa yang bayar? Itu bagian dari sharing rumah sakit,” tuturnya.
Nucki pun mencontohkan hal serupa yang pernah ditangani RSHA saat operasi bayi kembar. “Contoh untuk bayi kembar, dulu. Habisnya yang saya ingat Rp400 juta. BPJS hanya cover Rp40 juta, sisanya rumah sakit,” ujar dia.
Perlakuan yang sama pun diberikan untuk pengobatan pasien yang tak kunjung sembuh. “Sekarang ada pasien (sudah) tiga tahun di ICU. Kalau dicabut alatnya akan meninggal. Itu beban rumah sakit, rumah sakit yang membiayai,” katanya.***
Wartawan: Teguh Purwahandaka
Editor: Ayi Kusmawan