DARA| JAKARTA – Nilai tukar rupiah anjlok ke posisi Rp14.615 per dolar Amerika serikat (AS), Selasa pagi (11/12/2018). Melemah 62 poin atau 0,43 persen dibanding Senin kemarin.
Mata uang lain di Asia juga turut melemah. Umpamanya, Won Korea Selatan melemah 0,3 persen, ringgit Malaysia minus 0,19 persen, peso Filipina minus 0,17 peren, dan dolar Singapura minus 0,02 persen.
Namun, ada juga beberapa mata uang yang berhasil parkir di zona hijau, seperti dolar Hong Kong yang menguat 0,02 persen, baht Thailand 0,12 persen, dan yen Jepang 0,25 persen. Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, beberapa diantaranya menguat dari dolar AS, seperti franc Swiss 0,14 persen, poundsterling Inggris 0,06 persen, euro Eropa 0,05 persen, dan rubel Rusia 0,04 persen. Sedangkan, dolar Australia melemah 0,03 persen dan dolar Kanada minus 0,03 persen.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada, diliris dari CNN, memperkirakan rupiah akan kembali melemah pada hari ini karena minim sentimen positif yang menopang pergerakan mata uang Garuda. Padahal, pada saat bersamaan dolar AS belum lepas dari sentimen negatif.
Sentimen negatif dolar AS tersebut antara lain datang dari pernyataan bank sentral AS, The Federal Reserve yang turut mengkhawatirkan prospek ekonomi Negeri Paman Sam ke depan. “Hal ini turut menurunkan ekspektasi akan kenaikan suku bunga The Fed,” ujarnya, Selasa (11/12).
Sayangnya, pergerakan rupiah tidak mendapat dukungan dari dalam negeri dan kawasan Asia. Rupiah justru mendapat sentimen negatif dari Jepang, akibat rilis data pertumbuhan ekonomi Negeri Sakura yang terkoreksi menjadi 2,5 persen pada kuartal III 2018.
“Jadi sentimen dari global dan internal tidak cukup mendukung kenaikan rupiah. Dengan kata lain, masih dimungkinkan untuk kembali bergerak melemah,” ujarnya.***
Editor: denkur