DARA | Awalnya begitu tenang saat khotbah dimulai. Namun, tiba-tiba terdengar suara rentetan tembakan, dan dalam sekejap puluhan orang terkapar bersibah darah lalu tewas saat itu juga.
Dilansir The Guardian, dalam waktu singkat, 41 orang meninggal dunia, terbaring di dalam dan di luar masjid Al Noor.
Tujuh orang lain lagi terbunuh di masjid Linwood, yang hanya berjarak beberapa km dari masjid Al Noor.
Korban ke-49 meninggal dunia tak lama setelah tiba di rumah sakit.
Tim polisi dan penyelamat dihadapkan dengan pemandangan yang mengerikan di dalam dan luar masjid.
Di dalam ruang utama di Al Noor, lebih dari 20 orang, beberapa meninggal dunia beberapa terluka.
Mereka terbaring di satu sisi, sementara sekitar 10 orang lain lagi terbaring di sisi satunya.
Lantai masjid dipenuhi ratusan selongsong peluru.
Tubuh orang-orang yang berusaha melarikan diri ada di dekat pintu dan jendela, tak bergerak.
Beberapa korban berada di luar masjid.
Sekitar pukul 1.40pm waktu setempat, Len Peneha, warga yang tinggal di sebelah masjid Al Noor, mendengar suara tembakan yang membabibuta.
Ketika orang-orang berhamburan keluar, Len Peneha justru berlari ke dalam untuk menolong.
“Saya melihat tubuh dimana-dimana.
Ada 3 di lorong, di pintu menuju masjid, dan orang-orang di dalam masjid,” ucapnya.
Video aksi brutal tersebut disiarkan secara langsung di Facebook oleh seorang pria yang diidentifikasi bernama Brenton Tarrant, pria 28 tahun asal Australia.
Video menunjukkan dirinya mengendarai mobil ke masjid dengan membawa setidaknya 6 senjata di mobilnya.
Masing-masing senjata ditandai dengan nama-nama orang yang melakukan serangan sejenis, serta nama kota dimana serangan itu terjadi.
Rekaman itu memperlihatkan pria itu masuk ke dalam Al Noor, menembaki para jamaah tanpa pandang bulu.
Ia dengan santai me-reload senjatanya beberapa kali.
Dia menembak banyak korban beberapa kali, berdiri di atas mereka dan menembak dari jarak dekat untuk memastikan mereka mati.
Di satu titik, ia berjalan keluar, menembaki setidaknya 2 target.
Ia kembali ke mobilnya, menganti riflenya dan kembali ke masjid dan melanjutkan pembantaian, menembaki mereka yang terluka dan merangkak keluar dari masjid.
Secara keseluruhan, video penembakan itu berdurasi 17 menit.
Mahmood Nazeer, dengan darah di bajunya, berkata pada TVNZ ia bersembunyi di bawah kursi sambil berharap peluru pria itu habis.
Tapi penembakan terus terjadi dan terjadi.
Ia dan lainnya kemudian bersembunyi di bawah mobil di belakang masjid.
Seorang wanita yang bersembunyi bersama mereka tertembak di bagian lengan.
Saat suara tembakan berhenti, mereka melihat dari balik pagar.
“Ada seorang pria yang mengganti senjata di jalanan di dekat masjid.
Ia mengambil senjata dan mulai menembaki lagi,” ungkap seorang saksi mata.
Ahmed, yang menggunakan kursi roda, berada di ruang samping di masjid Al Noor ketika ia mendengar tembakan dan orang-orang berlarian ke ruangannya.
Ia bisa mendengar suara teriakan dan tangisan.
Saat ia sadar situasi sangat genting, ia berusaha melarikan diri dari masjid lewat pintu belakang menuju mobilnya.
Mohan Ibrahim melarikan diri melalui jendela di bagian jemaah wanita, ungkapnya pada BBC.
Khaled al-Nobani melihat temannya jatuh tertembak sedangkan ketiga anaknya berlari.
Ia mendeskripsikan bagaimana seorang pria mencoba “melompat” ke penembak dan mengambil senjatanya, tapi si penembak langsung menembaknya begitu saja.
Carl Pomare yang sedang lewat Al Noor dengan koleganya, mendengar suara tembakan dan melihat orang-orang berlarian dari masjid.
Ia dan yang lainnya, semua warga sipil yang lewat, mendirikan barikade.
“Kami mencoba menyelamatkan orang-orang sampai ambulance datang.
Orang-orang memohon meminta pertolongan kami,” ungkapnya.
Saat penembakan besar-besaran terjadi di Al Noor, penembakan lain terjadi di masjid Linwood yang tak jauh dari sana.
Jemaah yang duduk saat mereka berdoa, menjadi target pertama si penembak.
“Mereka semua ditembak,” ucap Syed Ahmed, pada situs berita Stuff.
Si penembak meneriaki sesuatu, tapi Syed Ahmed tidak bisa mendengarnya karena suara teriakan jemaah lain saat ia merangkak ke dalam gudang untuk menyelamatkan diri.
Syed Mazharuddin menyaksikan dua teman di sampingnya tertembak.
Satu langsung meninggal dunia sementara satu temannya luka parah.
Syed Mazharuddin berkata ia keluar ruangan untuk mencari bantuan, tapi kemudian polisi datang dan mencegahnya masuk kembali.
“Mereka tidak mengizinkanku masuk kembali jadi aku tidak bisa menyelamatkan temanku.
Ia pendarahan parah, butuh waktu hampir setengah jam dan bahkan lebih dari setengah jam untuk ambulance datang sehingga aku pikir ia tak akan selamat,” ucapnya pada New Zealand Herald.
Usaha dilakukan untuk menghentikan aksi penembak itu.
Seorang pria yang biasanya merawat masjid, menerkam pria bersenjata itu dan berhasil mendapatkan senjatanya, ungkap Mazharuddin menambahkan.
Tapi meskipun dia mengejar, pria bersenjata itu pergi.
Polisi kemudian mengungkapkan bahwa seorang pria 20-an akhir telah ditangkap dan didakwa pembunuhan.
Dua pria lain dan seorang wanita juga ditahan, seorang dibebaskan kemudian.
Belum ada nama yang diumumkan ke publik.
Christchurch, kota terbesar di Pulau Selatan dengan populasi 400.000, terkunci pada hari Jumat kemarin.
Lebih dari 200 anggota keluarga menunggu berita tentang orang yang mereka cintai di rumah sakit Christchurch.
Dengan banyak dari yang terluka yang membutuhkan beberapa operasi, 12 ruang operasi sedang digunakan.
Di tempat penembakan, warga Selandia Baru mulai meletakkan bunga dan surat sebagai tanda belasungkawa.
“New Zealand is with you,” ungkap seorang wanita yang meletakkan bunga lili.
Walikota Christchurch, Lianne Dalziel, menyerukan ketenangan pada warga dan solidaritas.
“Saya tidak pernah percaya bahwa hal seperti ini akan pernah terjadi di kota Christchurch, tetapi sebenarnya saya tidak akan pernah percaya bahwa ini terjadi di Selandia Baru,” ucapnya melalui akun Facebook.***
Editor: denkur
Berita ini ditayangkan tribunnews, Sabtu (16/3/2019)