Sirene regenerasi di tubuh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat sudah meraung-raung mendahului waktu bunyi. Hal itu terlihat dari adanya wacana percepatan jadwal kongres PDIP ke Agustus 2019. Padahal jabatan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketum PDI Perjuangan baru berakhir pada 2020.
Memang jauh sebelumnya Megawati sudah memberikan sinyal untuk menanggalkan jabatan Ketua Umum PDI Perjuangan. Keinginan itu pernah disampaikannya saat memberikan sambutan pada sekolah calon anggota legislatif (Caleg) PDI Perjuangan Angkatan III di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Kamis (15/11/2018).
Keinginan serupa juga pernah dituturkan Megawati Soekarnoputri pada awal 2017. Presiden ke-5 RI tersebut menegaskan soal rencana pensiun dari pucuk pimpinan PDI Perjuangan saat berpidato politik pada acara HUT ke-17 Banteng Muda Indonesia di Jln Cianjur, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (30/2/2017).
Begitupun di dalam tubuh Partai Demokrat (PD). Sejumlah pendiri dan senior Partai Demokrat baru-baru ini mendorong pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk memilih ketua umum. Salah satu alasannya, prihatin dengan perolehan suara Partai Demokrat yang anjlok ke angka 7,7 persen pada pemilu legislatif 2019. Padahal, pada pemilu 2014 lalu perolehan suara Demokrat mencapai 10,9 persen.
KLB PD digadang-gadang selambatnya pada 9 September 2019. Dengan pertimbangan telah berakhirnya Pemilu 2019 dan memasuki masa Pilkada 2020. Disebutkan juga, putra Susilo Bambang Yudoyono, Agus Harimurti Yudhoyono sebagai kandidat ketua umum.
Melihat fenomena politik internal di kedua parpol menunjukkan regenerasi tidak lagi akan terkungkung oleh sesosok figur. Sesuatu yang sangat baik. Lantaran, regenerasi kepemimpinan di partai politik bertemali signifikan dengan kepemimpinan nasional. Ibarat mesin, partai politik harusnya efektif mencetak kader-kader pemimpin unggul yang akan membawa bangsa lebih maju lagi ke depan.
Oleh karena itu, regenerasi menjadi suatu keniscayaan untuk perkembangan masyarakat yang lebih berkualitas. Sebaliknya, mandulnya regenerasi akan melahirkan kejumudan masyarakat. Bagaikan api dalam sekam, cepat atau lambat akan menghancurkan dari dalam.
Dalam hal ini, Negarawan Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt mengingatkan, kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan.
Jadi, dapat dibayangkan jika regenerasi terus tersumbat oleh tidak optimalnya demokrasi di internal parpol. Dikhawairkan akan terjadi ketimpangan manakala potensi positif terus terbungkam dan inisiatif perubahan ditafsirkan sebagai pemberontakan terhadap sistem yang mapan.
Selain itu, patut juga dihindari terjadinya patronase politik yang condong pada pelanggengan politik keluarga. Makanya, parpol diharapkan proaktif mendorong demokratisasi yang baik guna membangun masa depan bangsa. Parpol diharapkan mampu mengubah gaya pemilihan pemimpinnya melalui mekanisme pemilihan. Parpol harus membuka peluang kepada kader-kader muda terbaiknya untuk berkontestasi. Sudah saatnya kaum muda mengendalikan jalannya roda parpol. ***
Penulis adalah penulis lepas, tinggal di Cileunyi Kabupaten Bandung