“Sabilulungan belum secara utuh dipahami dan menjadi karakter masyarakat kita pada umumnya. Masih ada yang terbius budaya-budaya luar,” kata Bupati Bandung, Dadang M. Naser.
DARA | BANDUNG – Bupati Bandung, H. Dadang M. Naser mengungkapkan, Sabilulungan sebagai tagline yang terus digaungkan selama dirinya memimpin Kabupaten Bandung, Jawa Barat, hampir 10 tahun terakhir ini, sudah dikenal masyarakat Sunda sejak lama.
Dadang Naser mengakui, pengertian dasar gotong royong dan kebersamaan dalam kata Sabilulungan, masih ada gesekan dalam pengaplikasiannya.
“Sabilulungan belum secara utuh dipahami dan menjadi karakter masyarakat kita pada umumnya. Masih ada yang terbius budaya-budaya luar,” kata Dadang di sela acara Bedah Buku Sabilulungan untuk Negeri (Revitalisasi, Internalisasi dan Implementasi) edisi revisi tahun 2020 di Hotel Sutan Raja Soreang, Kabupaten Bandung, Senin (9/3/2020).
Meski demikian, menurut Dadang, pergerakan Sabilulungan sudah mulai terasa dampaknya. Ia menyebut, membaiknya peningkatan kondisi masyarakat, dilihat dari berbagai aspek, merupakan salah satu indikasinya.
“Badan Pusat Statistik menilai, pembangunan sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi kita, terus meningkat setiap tahunnya. Hal itu ditunjukkan melalui peningkatan capaian IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dari tahun ke tahun, yang mana merupakan implementasi Sabilulungan dari seluruh masyarakat,” ujarnya.
Adanya pergantian kepemimpinan di pada 2021 mendatang, Dadang Naser berharap, siapapun nanti yang terpilih tidak menghilangkan karakter Sabilulungan dalam kepemimpinannya.
“Seperti halnya lambang Kabupaten Bandung, Repeh Rapih Kertaraharja, saya berharap Sabilulungan tetap diimplementasikan sebagai karakter Rakyat Bandung,” harapnya.
Dalam konsep Sabilulungan, lanjutnya, terkandung nilai dan tradisi masyarakat Sunda yang saling mendukung dan bekerja sama. Juga mengerahkan segenap potensi yang dimiliki dan didasari oleh kesadaran akan tanggungjawab demi kepentingan bersama.
Penerbitan buku Sabilulungan untuk Negeri pada 2017 lalu dan direvisi pada tahun ini, harap Dadang, bisa menjadi literatur bagi generasi di masa yang akan datang. “Sabilulungan itu bukan punya Dadang Naser, tapi punya masyarakat Sunda. Jadi kepemimpinan Sunda harus punya karakter Sabilulungan. Mudah-mudahan generasi di masa depan bisa memahaminya lewat buku ini,” tuturnya.
Sementara itu Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung, H. Ruli Hadiana mengatakan, buku tersebut disusun oleh Bambang Q-Anees dan Bunyamin Fasya.
Buku tersebut disusun sebagai upaya melestarikan budaya lokal, yaitu melalui pembangunan konsep dan karakter Sabilulungan, sebagai kultur nilai budaya lokal menyikapi globalisasi dan era revolusi industri 4.0.
Ruli memandang, bahwa salah satu kelemahan pemenuhan kesejahteraan, adalah kurangnya karakter warga terhadap kolektifitas dan budaya kebersamaan.
“Mudah-mudahan melalui kegiatan bedah buku yang dihadiri akademisi, perangkat daerah, serta organisasi kepariwisataan dan budaya ini, Sabilulungan Untuk Negeri lebih menarik, mudah dipahami dan memberikan kontribusi berharga untuk pembangunan daerah,” ujar Ruli.***
Editor: Muhammad Zein