Islam Nusantara bukan madzab baru, bukan firqoh baru dan bukan aliran baru. Tapi hanya tipilogi Islam kita.
DARA – Begitu kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Aqil Soradj melalui virtual di Jakarta, Selasa, 29 Maret 2022.
Said Aqil juga menjelaskan, penyebar Islam ke Indonesia ada dari berbagai negara, ada yang dari China, India, Persia dan juga dari Arab Saudi.
“Dari berbagai sumber terbentuk lah model pemikiran sendiri maka lahirlah Islam yang mempunyai tipologi sendiri. Jadilah istilah Islam Nusantara. Ini bukan madzab baru, bukan firqoh baru, bukan aliran baru tapi hanya tipilogi Islam kita,” kata Said Aqil, seperti dikutip dara.co.id dari Viva.co.id, Rabu (30/3/2022).
“Apa itu tipelogi yaitu mengharmoniskan antara teologi dan budaya. Kita bangun agama di atas budaya. Budaya kita jadikan infrastruktur agama. Agamanya kuat maka insya Allah tumbuh dengan budaya. Itu yang dibawa dakwah disebarkan oleh para Walisongo,” imbuhnya.
Lanjut Said Aqil, Walisongo telah menyebarkan Islam Nusantara hanya 50 tahun. Dengan demikian, dakwah yang dilakukan para Walisonggo telah berhasil.
Lalu, Kerajaan Padjajaran, Kerajaan Sriwijaya hilang dengan sendirinya tanpa diperangi, tanpa darah mengalir dengan pendekatan budaya peradaban dan ahlakul karimah.
“Contoh kenduri-kenduri kalau kita ada orang yang meninggal tahlilan 7 malam, diulang lagi ketika 40 hari, diulang lagi 100 hari, diulang dengan haul. Ini di Timur Tengah tidak ada. Tapi di kita merupakan prinsip dalam membangun kerohanian spritualis kita,” katanya.
Lebih lanjut Said Aqil menuturkan, Walisongo ini telah mengubah kandungan isi Selametan dengan membaca surat Yasin yang sesuai dengan ajaran Islam.
“Bedug itu tadi kan alat musik, oleh para ulama dilestarikan fungsinya dialih manggil waktu salat. Ini jelas kita bukan dari Arab bukan dari Timur Tengah. Ini telah berhasil dalam dakwah Islam,” katanya.
Editor: denkur | Sumber: Viva.co.id