Kiprah Ronny Pasla tidak hanya menjadi cerita sukses pribadi, tetapi juga menjadi bagian penting dari sejarah sepak bola Indonesia.
DARA| Pada era keemasan sepak bola Indonesia, nama Ronny Pasla menjadi salah satu sosok yang tak tergantikan di bawah mistar gawang.
Lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 15 April 1946, Ronny adalah anak dari Felix Pasla, seorang pria berdarah Sulawesi Utara. Awalnya, tidak ada yang menyangka bahwa seorang Ronny Pasla akan menjadi legenda sepak bola Indonesia. Sebab, olahraga pertamanya adalah tenis, bukan sepak bola.
Sebagai pemain tenis muda yang menjanjikan, Ronny sempat memperkuat tim tenis Sumatera Utara untuk berlaga di Pekan Olahraga Nasional (PON) 1965. Namun, peristiwa G-30 S/PKI menggagalkan pelaksanaan ajang tersebut. Meski begitu, ia tetap melanjutkan kiprahnya di dunia tenis dan berhasil menjadi juara Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang pada tahun 1967.
Dikutip dari akun facebook Hideyoshi Kurosawa, dorongan sang ayah untuk beralih ke sepak bola mengubah jalan hidup Ronny. Felix Pasla, yang melihat postur tinggi Ronny (184 cm) sebagai keunggulan, menyarankannya mencoba posisi penjaga gawang.
Hal ini menarik perhatian Zulkarnaen Nasution, pelatih klub Dinamo yang merupakan anggota PSMS Medan. Penampilan Ronny yang menjanjikan di Dinamo akhirnya dilirik oleh pelatih PSMS Junior, Ramli Yatim, yang mempersiapkan tim untuk berlaga di Suratin Cup 1967.
Keputusan Ramli untuk menurunkan Ronny sebagai penjaga gawang utama terbukti tepat. Penampilannya yang gemilang berhasil membawa PSMS Junior menjadi juara Suratin Cup 1967. Tim PSMS Junior tersebut melahirkan banyak bintang legendaris seperti Sarman Panggabean, Nobon, dan tentu saja Ronny Pasla. Keberhasilan itu membuka jalan bagi Ronny untuk bermain di PSMS senior, di mana ia langsung dipercaya menjadi kiper utama.
Pada tahun yang sama, Ronny turut membawa PSMS senior menjuarai Kejuaraan Nasional PSSI 1967 setelah mengalahkan Persib Bandung 2-0 di final. Saat itu, Ronny berhadapan dengan Jus Etek, kiper Persib yang merupakan idolanya. Penampilannya di bawah mistar menjadi bukti bahwa ia sudah sejajar bahkan melampaui idolanya tersebut.
Keberhasilan PSMS pada tahun 1967 membawa mereka ke ajang Aga Khan Gold Cup di Bangladesh. Lagi-lagi, Ronny Pasla tampil sebagai pahlawan, membawa PSMS meraih gelar juara setelah mengalahkan tuan rumah Mohammaden dengan skor 2-0. Penampilan ini mengukuhkan Ronny sebagai salah satu kiper terbaik di Asia pada masanya.
Prestasi Ronny terus berlanjut, baik di tingkat klub maupun tim nasional. Bersama PSMS, ia memenangkan berbagai turnamen bergengsi, termasuk Kejuaraan Nasional PSSI (1967, 1969, 1971), Marah Halim Cup (1972, 1973), dan menjadi semifinalis di AFC Champions Cup 1970. Sementara di Tim Nasional Indonesia, Ronny turut membawa Indonesia meraih gelar juara di ajang King’s Cup (1968), Merdeka Games (1969), dan Pesta Sukan Singapura (1972).
Gagalkan Tendangan Penalti Pele
Namun, salah satu momen yang paling diingat dari karier Ronny Pasla adalah ketika ia menghadapi tim Santos dari Brasil yang diperkuat Pele, sang legenda dunia. Dalam pertandingan uji coba di Jakarta pada 21 Juni 1972, Ronny berhasil menahan tendangan penalti Pele, meskipun bola rebound akhirnya disambar Pele menjadi gol. Meski Indonesia kalah 2-3, penampilan Ronny mendapat pujian karena berhasil menghadapi serangan dari pemain-pemain hebat seperti Pele dan Edu.
Selain itu, Ronny juga tampil gemilang ketika PSMS menghadapi PSV Eindhoven pada tahun 1971 dan melawan Benfica yang diperkuat Eusebio pada tahun 1972. Di tingkat timnas, ia mencatatkan salah satu kemenangan terbesar Indonesia dengan mengalahkan Uruguay 2-1 dalam laga persahabatan. Penampilan Ronny yang solid membuat para pemain Uruguay seperti Pedro Rocha dan Fernando Morena tidak mampu berbuat banyak.
Ronny dikenal sebagai penjaga gawang yang memiliki aksi-aksi akrobatik di bawah mistar. la tangkas menghalau bola-bola atas dengan tubuhnya yang tinggi dan piawai dalam mengantisipasi bola-bola bawah. Kariernya yang gemilang membuatnya dijuluki “Macan Tutul” oleh para penggemar sepak bola.
Ronny Pasla pensiun dari sepak bola pada tahun 1985, setelah hampir dua dekade berkarier sebagai kiper andalan PSMS dan Tim Nasional Indonesia. Selama kariernya, ia menerima berbagai penghargaan, termasuk Piagam dan Medali Emas dari PSSI pada tahun 1968, serta gelar Penjaga Gawang Terbaik Nasional pada tahun 1974.
Kiprah Ronny Pasla tidak hanya menjadi cerita sukses pribadi, tetapi juga menjadi bagian penting dari sejarah sepak bola Indonesia.
Editor: Maji