Sastra Memanusiakan Warga Binaan Pemasyarakatan

Rabu, 13 Februari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ill: lpmperspektif.com

Ill: lpmperspektif.com

RUMAH tahanan (Rutan) oleh sebagian masyarakat diasumsikan sebagai tempat yang tidak bersahabat, kumuh, pengap, dan terkesan menyeramkan. Belum banyak orang mengetahui fungsi yang sebenarnya dari Rutan secara detail. Kecuali sekedar bangunan bertembok tinggi dengan sel-sel jeruji besi berpintu baja dengan penjagaan yang ekstra ketat sebagai hunian penjahat untuk menjalani hukuman atas segala perbuatan mereka.

Tidak salah memang persepsi yang melekat di benak masyarakat tersebut, namun terlalu dangkal jika memaknai Rutan hanya sebatas itu. Maka perlu ada sosialisasi kepada masyarakat tentang  tugas dan fingsi rutan, sehingga bisa merubah mindset  atau pemahaman dangkal terkait Rutan.

Rutan sebagai lembaga yang salah satu tugas dan fungsinya (tusi) adalah melakukan pelayanan, perawatan, bimbingan sosial, dan atau kerohanian terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan harus benar-benar professional dalam melaksanakan tupoksinya. Selain  tempat menjalani hukuman bagi para pelaku kejahatan, Rutan sesungguhnya sebagai tempat pendidikan  dan latihan serta pembinaan mental spiritual. Sangat perlu ada kegiatan-kegiatan dukungan secara simultan dan berkesinambungan. Baik secara mandiri, atau kerjasama dengan Dinas / instansi yang berkompeten maupun dengan (LSM) dan komunitas lain.

Kemenkum HAM selaku kementerian yang membawahi Rutan dan Lapas seluruh Indonesia telah mengadakan MoU dengan Kementerian Agama Republik Indonesia terkait hal ini. Salah satunya yang telah dilakukan oleh Rutan Kelas IIB Kabupaten Wonogiri dalam upaya kebutuhan rohani Warga Binaan Pemasyarakatan.

Rutan berkerjasama dengan Kementrian Agama Kabupaten Wonogiri untuk melakukan Advokasi. Kerjasama tersebut, bertujuan sebagai sarana memberikan binaan secara rutin. Selain itu, Rutan juga melibatkan (LSM) sahabat Kapas untuk kegiatan produktif dengan mengasah skill (WBP) khususnya pada pelaku anak.

Ada sentuhan unik yang dilakukan Rutan Klas IIB Kabupaten Wonogiri ketika melakukan kerjasama dengan Komunitas Sastra Giri Bengawan dan Pokjaluh  (Kelompok Kerja Penyuluh) Kementrian Agama Kabupaten Wonogiri.

Kegiatan literasi ini adalah yang pertama kali dalam sejaran pembinaan (WBP) khsusnya di daerah Wonogiri. Komunitas tersebut bertujuan memberikan pencerahan mental, pembentukan karakter Waga Binaan Pemasyarakatan melalui karya sastra segaligus sebagai wahana berekspresi. Literasi diperkenalkan denga penulisan karya sastra dalam bentuk penulisan puisi, Cerpen, dan karya tulis lainnya di mana Warga Binaan Pemasyarakatan diasah potensinya untuk menuangkan unek-unek, cita-cita, pengalaman hidup, bahkan kerinduan terhadap keluarga selama menjalani pembinaan di Rutan. Kemudian, dari kumpulan goresan pena mereka terbitlah antologi puisi dengan tajuk, “Merisau Rasa.”

Garis besar dari kegiatan literasi di Rutan adalah memanusiakan Warga Binaan Pemasyarakatan. Karena bagaimanapun juga, (WBP) tetaplah manusia kalayak yang harus diberikan hak-haknya. Sehingga mereka benar-benar kembali menjadi insan yang  mampu memperbaiki kesalahan di masa lalu. Pertaubatan nasuha, dan mengisi sisa hidupnya dengan kebaikan pun keshalihan.

Sedang upaya itu, hanya bisa dilakukan dengan cara baca tulis, orang pasti akan mendapatkan ilmu. Dan hanya dengan ilmu manusia mampu memahami mana yang benar dan mana yang salah.

Sangat singkron dengan perintah Allah Swt dalam Al Qur’an surat Al ‘Alaq ayat 1 sampai dengan 5, di mana ayat yang pertama kali diturunkan dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca. Iqra’ / bacalah, merupakan perintah dan petunjuk Allah pada manusia tentang betapa pentingnya ilmu pengetahuan yang harus ditempuh dengan cara membaca dan menulis.

Makna membaca  di sini sangatlah luas, tidak sekedar membaca dengan dua mata dhahir saja, tetapi lebih dari itu, membaca dengan memahami, menganalisa, mengambil iktibar dari apa yang kita baca, yang kita lihat dan alami untuk menjadikan kita sebagai manusia yang sebenarnya.Dalam Q.S. al-Mujadalah : 11 Allah menegaskan tentang peranan ilmu pengetahuan sebagai salah satu tolok ukur kemuliaan manusia.

Yarfa’illahulladzina aamanu minkum walladzina uutul ‘ilma darajats

Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

 

Sangat tegas bahwa “membaca dan menulis” merupakan hak setiap hamba Allah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masing-masing tak terkecuali para narapidana/WBP di Rutan. Maka gerakan literasi (kemampuan membaca, menulis, dan menganalisa ) harus disosialisasikan ke berbagai lapisan masyarakat sebagai upaya untuk mencerdaskan masyarakat itu sendiri. Salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan dan menghidupkan kemampuan literasi adalah dengan banyak membaca buku dan menulis. Karena membaca dan menulis merupakan satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Membaca tanpa menulis ibarat kita memiliki harta benda tetapi tidak kita manfaatkan. Dan, sebaliknya menulis tanpa kita barengi dengan banyak membaca, ibarat kita mengambil air disungai yang kering. Problem yang paling sering kita dengar dan alami terkait literasi adalah minat baca masyarakat yang rendah, sehingga kemampuan menulis pun sangat minim.

Akibatnya kemampuan penguasaan  bahasa pun  berjalan di tempat/stagnan. Mengapa demikian ? Karena literasi itu sendiri tidak bisa kita lepaskan dari bahasa. Sementara membaca dan menulis merupakan  pintu gerbang pengembangan literasi.  Oleh karena itu, terlalu naif jika membatasi kegiatan literasi ini hanya pada ranah workshop dan pelatihan secara teori semata.

Hasil karya adalah prasasti abadi yang menunjukkan kehidupan literasi itu sendiri. Semua tergantung pada niat dan aksi kita apakah kita mampu memberi nyawa di setiap kegiatan  literasi, sehingga literasi mampu menembus ruang dan waktu, sebagaimana torehan tinta emas Warga Binaan Pemasyarakatan Rutan Klas IIB Wonogiri.

 

 

*)Ari Hermawan Saputra dikenal dengan nama Ari Kaysha adalah penggiat literasi khusus bidang kesusastraan, tinggal di Wonogiri Jateng

Berita Terkait

Permainan Tradisional Ramaikan Acara Abdi Nagri Nganjang ka Warga
Bakrie Amanah Salurkan Rp 10,2 Miliar dalam Program Ramadan Untuk Negeri 1446 H
Kasad: Jadikan Peringatan Nuzulul Quran sebagai Momentum Evaluasi Diri
Forum Gerakan Perempuan, GKR Hemas: Perempuan Harus Ambil Peran dalam Politik
Ramela Resto Kedepankan Kuliner Indonesia, Hadir di Bandung
Ini Manfaat dan Jenis Pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis
Pegadaian Ketuk Pintu Langit Sumsel, Wujud Peduli Kesejahteraan Masyarakat
Gejala dan Pencegahan Chikungunya
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 13 April 2025 - 22:41 WIB

Permainan Tradisional Ramaikan Acara Abdi Nagri Nganjang ka Warga

Selasa, 1 April 2025 - 14:21 WIB

Bakrie Amanah Salurkan Rp 10,2 Miliar dalam Program Ramadan Untuk Negeri 1446 H

Rabu, 19 Maret 2025 - 12:33 WIB

Kasad: Jadikan Peringatan Nuzulul Quran sebagai Momentum Evaluasi Diri

Jumat, 14 Maret 2025 - 15:49 WIB

Forum Gerakan Perempuan, GKR Hemas: Perempuan Harus Ambil Peran dalam Politik

Kamis, 27 Februari 2025 - 18:50 WIB

Ramela Resto Kedepankan Kuliner Indonesia, Hadir di Bandung

Berita Terbaru