Kartu Tani yang diduga dari salah satu pasangan calon bupati Bandung jadi sorotan. Para petani, terutama di Kecamatan Ciparay, merasa tertipu, sebab kartu tani itu ternyata tidak bisa digunakan.
DARA | BANDUNG – Omong kosong, katanya. Bagaimana tidak, saat mau ditukarkan ke kios pupuk, eh malah ditertawakan. “Saya malu dan tentu sakit hati,” ujar sejumlah petani di Ciparay Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin kemarin (30/11/2020).
Salah seorang petani di Ciparay, Gofur mengatakan, kartu tani itu katanya program salah satu pasangan calon bupati. Bagus-bagus saja, sebab memang saat ini para petani sedang kesulitan pupuk, yang ada pun harganya mahal. Tapi apa daya, kartu tani itu ternyata tak bisa digunakan.
“Kami sedang kesulitan mendapatkan pupuk. Eh malah ditambah dipermainkan dengan pemberian kartu tani yang enggak bisa dimanfaatkan,” kata Gofur saat diwawancara di salah satu areal persawahan di Ciparay, Senin kemarin (30/11/2020).
Gofur merasa sakit hati dengan paslon yang memberikan kartu tani tersebut. “Sakit hati saya. Kami lagi pusing mikirin pupuk, dikasih kartu itu. Eh, malah pas dibawa ke kios ditertawain. Jadi kalau belum bisa digunakan ya ngapain dibagikan. Kan itu namanya ngasih harapan kosong. Kalau tidak jadi bupati bagaimana? kan sama saja jadi harapan kosong,” ujar Gofur.
Gofur akhirnya membuang kartu tersebut karena dinilai tidak memiliki manfaat sama sekali. “Dari pada menuh-menuhin dompet, ya sudah buang saja. Toh enggak ada gunanya juga,” ujarnya.
Akibat merasa dipermainkan, Gofur dan rekan-rekannya akhirnya bertanya ke salah seorang penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. Ia pun mengaku telah mendapat pencerahan, sebab kelompok taninya akan mendapat kartu tani dari pemerintah yang dikeluarkan pada Januari 2021.
“Sekarang mah yang pasti-pasti saja. Kartu tani cuma satu dari pemerintah. Ya udah saya tungguin,” ujarnya.
Amin, rekan Gofur mengatakan, paslon bupati seharusnya tidak mengobral janji kepada masyarakat yang tengah membutuhkan. Ia menilai jika mempermainkan hati rakyat maka bisa-bisa menjadi kualat.
“Nanti kualat. Jangan mainin rakyat kecil seperti kami dong. Kami kan butuh kepastian. Bukan kartu yang seperti ini, yang enggak ada manfaatnya. Kalau mau ngasih program atau janji yang nyata saja. Terus buat apa kartu tani dari paslon kalau enggak bisa digunakan. Ya sudah, saya buang juga sama seperti Kang Gofur,” ujarnya.***
Editor: denkur