Sekilas tentang Hamka

Sabtu, 18 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hamka (Foto:Hidayatullah.com)

Hamka (Foto:Hidayatullah.com)

Prof. DR, H. Abdul Malik Karim Amrullah seorang tokoh yang lebih dikenal dengan sebutan Hamka. Ia tak hanya seorang ulama jumhur, tapi juga ia seorang sastrawan, wartawan, penulis juga pengajar.

Hamka lahir 17 Februari 1908 di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat. Meninggal di Jakarta 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun.

Hamka mulai terjun dalam politik melalui Partai Masyumi hingga partai itu dibubarkan. Kemudian Hamka menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkatan pertama. Ia juga aktif di Muhammadiyah hingga akhir hayatnya.

Universitas al-Azhar dan Universita nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan. Sedangkan Universitas Moestopo, Jakarta, mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.

Hamka sering melakukan perjalanan jauh sendirian. Ia meninggalkan pendidikannya di Thawalib, menempuh perjalanan ke Jawa dalam usia 16 tahun. Setelah setahun melewatkan perantauannya, Hamka kembali ke Padang Panjang membesarkan Muhammadiyah. Pengalamannya ditolak sebagai guru di sekolah milik Muhammadiyah karena tak memiliki diploma dan kritik atas kemampuannya berbahasa Arab melecut keinginan Hamka pergi ke Mekkah. Dengan bahasa Arab yang dipelajarinya, Hamka mendalami sejarah Islam dan sastra secara otodidak.

Kembali ke Tanah Air, Hamka merintis karier sebagai wartawan sambil bekerja sebagai guru agama di Deli. Dalam pertemuan memenuhi kerinduan ayahnya, Hamka mengukuhkan tekadnya untuk meneruskan cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai ulama dan sastrawan.

Kembali ke Medan pada 1936 setelah pernikahannya, ia menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat. Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka’bah danTenggelamnya Kapal Van Der Wijck, nama Hamka melambung sebagai sastrawan.

Selama revolusi fisik, Hamka bergerilya bersama Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pengunungan di Sumatra Barat untuk menggalang persatuan menentang kembalinya Belanda.

Pada 1950, Hamka membawa keluarga kecilnya ke Jakarta. Meski mendapat pekerjaan di Departemen Agama, Hamka mengundurkan diri karena terjun di jalur politik. Dalam pemilihan umum 1955, Hamka dicalonkan Masyumi sebagai wakil Muhammadiyah dan terpilih duduk di Konstituante. Ia terlibat dalam perumusan kembali dasar negara. Sikap politik Masyumi menentang komunisme dan gagasan Demokrasi Terpimpin memengaruhi hubungannya dengan Sukarno.

Usai Masyumi dibubarkan sesuai Dekret Presiden 5 Juli 1959, Hamka menerbitkan majalah Panji Masyarakat yang berumur pendek, dibredel oleh Sukarno setelah menurunkan tulisan Hatta—yang telah mengundurkan diri sebagai wakil presiden—berjudul “Demokrasi Kita”.

Seiring meluasnya pengaruh komunis, Hamka dan karya-karyanya diserang oleh organisasi kebudayaan Lekra. Tuduhan melakukan gerakan subversif membuat Hamka diciduk dari rumahnya ke tahanan Sukabumi pada 1964. Ia merampungkan Tafsir Al-Azhar dalam keadaan sakit sebagai tahanan.

Seiring peralihan kekuasaan ke Soeharto, Hamka dibebaskan pada Januari 1966. Ia mendapat ruang pemerintah, mengisi jadwal tetap ceramah di RRI dan TVRI. Ia mencurahkan waktunya membangun kegiatan dakwah di Masjid Al-Azhar.

Ketika pemerintah menjajaki pembentukan MUI pada 1975, peserta musyawarah memilih dirinya secara aklamasi sebagai ketua. Namun, Hamka memilih meletakkan jabatannya pada 19 Mei 1981, menanggapi tekanan Menteri Agama untuk menarik fatwa haram MUI atas perayaan Natal bersama bagi umat Muslim.

Ia meninggal pada 24 Juli 1981 dan jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.***

Editor: denkur

Artikel ini diambil dari Wikipedia

 

 

Berita Terkait

KONVENSIONAL BUNTU “Lateral Thinking” ke Piala Dunia
PERINTAH PENANGKAPAN Netanyahu Tetap akan Kuat
KONFLIK TIMTENG : Golani, Hezbollah, dan Hamas
PERANG RUSIA-UKRAINA Trump dan Putin Bermain Logika
KEMENANGAN TRUMP Menunggu Gerimis di Ljubljana
POTENSI PEMILU AS Jika Kamala Harris Menang
PEMBIARAN PALESTINA Penduduk Gaza ke Zaman “Batu”
SERANGAN KE TEHERAN Israel-Iran Berhitung Akibat
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 25 November 2024 - 04:40 WIB

KONVENSIONAL BUNTU “Lateral Thinking” ke Piala Dunia

Jumat, 22 November 2024 - 17:16 WIB

PERINTAH PENANGKAPAN Netanyahu Tetap akan Kuat

Minggu, 17 November 2024 - 19:28 WIB

KONFLIK TIMTENG : Golani, Hezbollah, dan Hamas

Selasa, 12 November 2024 - 14:17 WIB

PERANG RUSIA-UKRAINA Trump dan Putin Bermain Logika

Jumat, 8 November 2024 - 09:24 WIB

KEMENANGAN TRUMP Menunggu Gerimis di Ljubljana

Berita Terbaru

Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Asep Wawan Budiman

JABAR

Garut Siap Jadi Tuan Rumah Festival Tunas Bahasa Ibu 2024

Senin, 25 Nov 2024 - 18:52 WIB


 Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin meninjau tempat pengunsian korban bencana banjir Kabupaten Bandung,  di Taman Air Sektor 6, di Desa Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Senin (25/11/2024). (Foto: adpim jabar)

BANDUNG UPDATE

Banjir Masih Merendam Delapan Kecamatan di Kabupaten Bandung

Senin, 25 Nov 2024 - 18:38 WIB

JABAR

Bupati Sukabumi Bahas Soal Mitra Cai dan Ketahanan Pangan

Senin, 25 Nov 2024 - 16:49 WIB