Selain harga jual yang cukup tinggi, kelebihan jeruk dikeringkan bisa lebih tahan lama. Pangsa pasarnya juga terbuka luas.
DARA| Pasca Covid-19, harga jeruk atau lemon California yang ditanam petani di wilayah Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sempat anjlok. Per kilogram jeruk California dari pohon hanya dihargai Rp1.000,00.
Padahal pada saat Covid-19 saja, harganya Rp15.000/ kilogram.
Jatuhnya harga jeruk tersebut, lantaran over produksi. Populasinya bertambah, sementara permintaan pasar menurun drastis.
Hal itulah yang membuat Thio Setiowekti, petani sekaligus pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berpikir keras untuk menyelamatkan nasib para petani jeruk jenis ini.
Mendapat bantuan mesin pengering dari Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung (ITB), ia mencoba mengeringkan jeruk tersebut dengan menggunakan mesin dehidrator tersebut
System mengeringkan jeruk dengan menggunakan teknologi pengeringan beku vakum ini, biasa disebut slice kering.
“Hasilnya ternyata bagus. Dan ketika kita coba lempar ke pasar, harganya berlipat-lipat,” ujar Thio saat ditemui di Stand Festival Kopi dan UMKM KBB di Area Parkir Mesjid As-Shidiq, Komplek Perkantoran KBB-Ngamprah, Kamis (17/8/2023).
Sebanyak 12 kilogram jeruk basah, ketika diolah untuk dikeringkan bisa menjadi 1 kilogram dengan harga jual Rp 200.000,00 -per kilogram
Jika sebelumnya harga jeruk basah, per kilogram rata-rata Rp5. 000,00 maka untuk 12 kg hanya Rp60.000,00 saja.
Selisihnya masih jauh antara dijual dalam kondisi buah segar dibanding harga setelah dikeringkan.
Menjual dalam kondisi kering, jelas sangat menguntungkan para petani. Thio melihat peluang itu dengan menawarkan kerja sama pada petani untuk mengolah hasil panennya.
“Sistem’ yang kita (dengan petani) bangun dengan bagi hasil . Setelah jeruk diiris dikeringkan kita kilo, lalu hasilnya dibagi dua,” jelasnya.
Hasilnya itu, diserahkan kepada para petani untuk dititip jual di pihaknya atau dijual sendiri. Saat ini kata Thio, petani yang bekerja sama dengannya dari Desa Cibogo, Cibodas dan Suntenjaya ada 20 orang.
Seminggu dua kali mereka menyetorkan hasil panennya untuk dikeringkan. Kurang lebih jeruk yang dikeringkan dari petani 60 kg seminggu dalam kondisi basah atau menjadi 5 kg kering.
Selain harga jual yang cukup tinggi, kelebihan jeruk dikeringkan bisa lebih tahan lama. Pangsa pasarnya juga terbuka luas.
“Saat ini banyak konsumen yang sudah menggunakan jeruk kering termasuk cafe kopi dengan sajian kopi lemon. Jadi ini juga menjadi ladang bisnis cukup menjanjikan bagi petani, ” pungkasnya.
Editor: Maji