Sejak diberlakukannya PPKM Darurat, omzet pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Cikapundung, Bandung, merosot tajam. Bendera putih pun mereka pasang di gerobaknya yang sudah tak lagi digunakan. Seolah ingin menyampaikan pesan bahwa mereka menyerah terhadap kondisi ekonomi yang menerpa dirinya.
DARA – Tak hanya bendera putih, sejumlah PKL itu pun memasang spanduk bertuliskan: “PPKM harus berhasil untuk alasan kemanusiaan. Namun, jangan lupa kebutuhan dasar masyarakat yang tidak bekerja karena PPKM ini harus tercukupi. Turut berduka cita atas matinya perekonomian pedagang di Cikapundung Barat.
Dikutip dara.co.id dari CNNIndonesia, Senin (19/7/2021), Juru Bicara Paguyuban PKL Cikapundung Barat Sukmayadi (29) menuturkan, setidaknya ada 104 PKL yang terimbas selama pembatasan yang diterapkan sejauh ini. Dagangan mereka tak laku, bahkan separuhnya memilih untuk tak berjualan.
“Total kita ada 104 pedagang yang meliputi majalah, stempel, dan kuliner. Dengan kebijakan aturan pemerintah dari awal PSBB sampai sekarang PPKM darurat, kita sangat terdampak karena untuk akses pembeli ke wilayah kami tidak ada jalan yang bisa masuk,” kata Ate, panggilan Sukmayadi.
Sebelum PPKM darurat diberlakukan, pemasukan para PKL sudah terpukul akibat serangkaian kebijakan selama masa pandemi Covid-19. Kini, dengan aturan PPKM Darurat yang sudah berjalan 17 hari, mereka kian merana.
“Dari 104 itu kurang lebih ada 50 pedagang yang sudah kolaps. Sisanya yang masih bertahan hanya pedagang stempel, karena mereka bukan berjualan kuliner,” kata Ate.
Selama PPKM darurat, akses masuk ke Cikapundung Barat ditutup. Mereka juga dilarang melayani makan dan minum di tempat. Hanya layanan pesan antar yang diperkenankan.
Sebagian besar PKL Cikapundung mengandalkan penjualan di malam hari. Namun, jam operasi yang dibatasi maksimal hingga pukul 20.00 WIB selama PPKM Darurat semakin membuat mereka tertekan.
Ate mengatakan, pemasukan para PKL saja sudah terpukul akibat serangkaian kebijakan selama masa pandemi Covid-19 sebelum PPKM darurat. Berbagai aspirasi sudah disampaikan kepada pemerintah. Tak kunjung mendapat solusi, mereka akhirnya memasang bendera putih.
“Pedagang di sini sudah sangat pasrah karena sudah tidak ada lagi jalan untuk esok atau lusa mencari sesuap nasi. Ada pedagang yang sudah menyatakan gulung tikar. Jikalau ada pembukaan jalan juga pedagang tersebut sudah bingung untuk mencari modal sedangkan untuk bantuan sudah habis,” ujarnya.
Masih dikutip dari CNNIndonesia, Paguyuban PKL Cikapundung Barat menyatakan, yang dibutuhkan para PKL saat ini adalah ruang dan waktu untuk berdagang, termasuk stimulus agar bisa memulai usahanya kembali.
“Kami perlu bantuan untuk modal agar nanti kalau ada relaksasi bagi PKL Cikapundung bisa bangkit kembali. Karena jangankan buat modal, mikirkan buat kebutuhan keluarga di rumah saja sekarang sudah bingung,” kata Ate.***
Editor: denkur | Sumber: CNNIndonesia