Ada kopi Kamojang, kopi Gunung Puntang juga kopi Walahir. Dihasilkan dari kawasan perkebunan kopi Kabupaten Bandung. Aromanya boleh dicoba.
DARA – Penikmat kopi dijamin ketagihan setelah mencicipi kopi asli hasil racikan atau produksi para petani di Kabupaten Bandung.
“Saya pun begitu. Hampir setiap hari minum kopi asal Kamojang Kecamatan Ibun,” kata Pipin Zaenal Arifin, penikmat kopi Kamojang di Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung, Minggu (10/7/2022).
Pipin membeli sendiri dari pedagang kopi langsung di Kecamatan Ibun. Terkadang ia membuat sendiri kopinya, dan langsung diseduh sesuai dengan selera sendiri.
“Minum kopi itu, akhir-akhir ini menjadi minuman pelengkap untuk silaturahmi. Disaat ada tamu ke rumah atau ke tempat kerja, saya sudah terbiasa menyiapkan kopi, bahkan kopinya membawa dari rumah. Disaat bekerja pun, kopi menjadi pelengkap dalam beraktivitas,” katanya.
Menikmati kopi itu, lanjut Pipin, terkadang tanpa campuran, hanya kopi saja yang sudah diseduh dengan air panas yang benar-benar mendidih. Supaya rasanya semakin nikmat, dan aromanya pun akan tercium dengan bau yang khas.
“Tapi kalau mau sedikit manis, air kopi yang diseduh itu ditambah campuran gula putih atau gula aren. Ada juga yang menggunakan campuran madu. Soalnya, rasa kopi itu bergantung pada selera masing-masing. Jika kebiasaan minum kopi tanpa gula, ada kenikmatan tersendiri dan ada sensasi bagi para penikmatnya. Berbeda dengan minum kopi yang dicampur dengan gula, tentunya dengan rasa yang lebih nikmat dan itu bergantung pada kebiasaan para penikmat kopi,” katanya.
Pipin melihat produksi kopi asal Kabupaten Bandung menjadi perhatian banyak pihak. Tak hanya di kenal di Kabupaten Bandung, khususnya dari kalangan para penikmat kopi. Bahkan kopi asal Kabupaten Bandung diketahui para penikmat kopi asal luar daerah.
“Kopi asal Kabupaten Bandung sempat diikutsertakan pada ajang lomba kopi di luar negeri, hingga kopi asal Kamojang dan Gunung Puntang menjadi salah satu kopi terbaik karena rasanya diminati orang banyak,” katanya.
Pipin melihat kopi asal Kabupaten Bandung memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, sehingga banyak pihak, khususnya para petani yang mengantungkan kebutuhan ekonominya dari pertanian kopi.
“Hampir di banyak daerah, beberapa tahun terakhir ini hampir masif menanam kopi. Selain menguntungkan secara ekonomi, menanam kopi juga merupakan bagian dari gerakan penghijauan untuk meminimalisir lahan kritis pada kemiringan lahan di atas 30 derajat celcius. Bahkan menanam kopi sangat baik di dataran tinggi. Semakin tinggi lahan yang ditanami kopi, akan semakin enak rasa kopinya,” katanya.
Menurutnya, menanam kopi akan mengurangi aliran air ke sungai, karena air hujan yang jatuh tertahan oleh tanaman kopi tersebut.
“Makanya, menanam kopi itu selain memberikan dampak positif pada lingkungan jadi lestari, juga dapat mendongkrak ekonomi masyarakat. Sudah banyak masyarakat yang diuntungkan dari bertani kopi itu. Buktinya, saat ini banyak warung kopi di beberapa daerah yang menyajikan atau menyuguhkan kopi asal Kabupaten Bandung,” ujarnya.
Editor: denkur