DARA| China memang penasaran dengan proyek-proyek rekayasa alam. Setelah berambisi membuat bulan dan matahari buatan, Negeri Tirai Bambu itu ingin menciptakan cuaca dan hujan buatan.
Melalui proyek Tianhe Project senilai US$19 juta, China ingin menciptakan eksperimen hujan buatan terbesar di dunia. Proyek ini bukan sekadar menghadirkan hujan buatan tapi ingin membawa hujan buatan untuk menolong daerah yang kering.
Ilmuwan China ingin menciptakan hujan buatan terbesar di dunia dengan mengalihkan uap air di atas lembah Sungai Yangtze dan memindahkannya menuju area kering di negara tersebut.
Dikutip dari laman Abc.net, Senin 26 November 2018, proyek ini sejatinya sudah diinisiasi pada 2015. Kala itu ilmuwan dari Universitas Tsinghua dan Universitas Qinghai, China, mengajukan proyek hujan dan cuaca buatan dengan membangun koridor udara buatan. Koridor ini berfungsi membawa uap air.
Namun belakangan, ilmuwan realistis dan mengubah metodenya. Hujan dan cuaca buatan direkayasa dengan menggunakan satelit dan roket. Jadi satelit dan roket difungsikan untuk memantau keberadaan dan gerakan uap air dan kemudian mengarahkannya kembali untuk menciptakan hujan.
Teknisnya, nanti enam satelit milik Shanghai Academy of Spaceflight Technology akan dioperasikan pada 2022 untuk mengamankan uap air di atas sungai terbesar di Asia tersebut. Selanjutnya satelit itu akan memantau distribusi uap air di udara.
Jika proyek ini sukses, maka bisa mengubah 5 miliar meter kubik air tiap tahun dan dikirimkan ke area kering di China.
Sangsi
China boleh saja berambisi, namun ilmuwan dari Negeri Tirai Bambu dan Australia menyangsikan efektivitas proyek tersebut. Mereka ragu misi berhasil.
Ilmuwan yang sangsi mengatakan, perlu energi yang sangat besar untuk menguapkan air. Energi tersebut hanya bisa dilakukan oleh matahari.
Proyek ini juga melahirkan kontroversi. Beberapa fisikawan terkenal China mempertanyakan apakah proyek ini akan bekerja atau tidak. Apalagi dengan melibatkan satelit dan roket, misi ini akan makin mahal.
“Proyek ini adalah sebuah fantasi absurd, tidak ada landasan ilmiah maupun kelayakan teknisnya,” ujar profesor di National University of Defence Technology China, Lu Hancheng kepada koran Global Times.
Sedangkan meteorologi ABC Australia, Nate Byrne, menilai proyek China ini sangat lemah dalam pemahaman rekayasa cuaca alam.
Sebab dalam pandangannya, supaya mulus proyek ini harus mengarahkan awan ke arah yang benar dan nyaris tidak mungkin untuk mengubah awan dalam angin atmosfer.
“Ini masalah yang terlalu besar untuk dipikirkan. Dalam pandangan saya tak ada peluang nyata proyek akan berhasil,” ujar Bryne.***
Editor: denkur
Artikel ini pernah ditayangkan viva.id