Setiap hari, 15,8 persen populasi dunia atau manusia menderita sakit kepala, mulai sakit kepala umum, migrain hingga sakit kepala tegang.
DARA – Demikian rangkuman sebuah studi yang dilakukan Universitas Sains dan Teknologi Norwegia yang dipimpin ahli epidemiologi, dari tahun 1961 hingga akhir tahun 2020.
Para peneliti juga menemukan semua jenis sakit kepala lebih sering dialami perempuan ketimbang lelaki. Migrain contohnya, 17 persen dialami perempuan dan 8,6 persen pada lelaki.
Lalu, enam persen perempuan melaporkan mengalami sakit kepala selama 15 hari atau lebih setiap bulan, dibandingkan lelaki yang hanya 2,9 persen.
Dikutip dara.co.id dari PMJNews melansir Science Alert, Senin (18/4/2022), ada sekitar 357 publikasi yang diulas, sebagian besar berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi.
Tim itu memasukkan studi yang mengambil sampel peserta tidak hanya dari studi klinis, tetapi dari berbagai latar termasuk karyawan, mahasiswa, dan staf rumah sakit.
Secara keseluruhan, para penulis memperkirakan bahwa prevalensi global untuk migrain adalah 14 persen, dan untuk sakit kepala tegang adalah 26 persen.
“Setiap hari 15,8 persen populasi dunia mengalami sakit kepala,” ujar para penulis penelitian.
“Peningkatan nyata dalam prevalensi migrain dari waktu ke waktu mungkin nyata, mungkin terkait dengan perubahan lingkungan, fisik, perilaku atau psikologis,” jelasnya.
“Tapi lebih mungkin berkaitan dengan perkembangan metodologis selama bertahun-tahun, yang mengarah ke teknik akses dan keterlibatan yang lebih baik, serta peningkatan diagnostik instrumen,” sambungnya.
Ketika penulis memperhitungkan faktor metodologis seperti pertanyaan skrining, ukuran sampel, tahun publikasi, dan bagaimana kriteria diagnostik diterapkan, mereka dapat menjelaskan 29,9 persen variasi dalam perkiraan migrain, dan lebih sedikit untuk kategori sakit kepala lainnya.
Karena sebagian besar studi yang ditinjau berasal dari negara-negara berpenghasilan tinggi dengan sistem perawatan kesehatan yang baik, sehingga penulis berhati-hati agar tidak menggeneralisasi temuan ini ke setiap negara.
Jika lebih banyak data dapat dikumpulkan dari negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah, penulis akan mendapatkan perkiraan global yang lebih akurat.
Meskipun masih ada beberapa ketidakpastian mengenai angka pasti dari prevalensi sakit kepala secara global, tinjauan itu bersama dengan penelitian lain, secara konsisten menunjukkan bahwa kondisi sakit kepala menciptakan beban besar di seluruh dunia.
Iterasi 2019 dari studi Global Burden of Disease menemukan bahwa migrain saja adalah penyebab kecacatan tertinggi kedua. Dan tertinggi pertama di antara perempuan usia di bawah 50 tahun, yang menyoroti gangguan sakit kepala sebagai masalah kesehatan masyarakat utama secara global.
“Untuk mengukur efek dari upaya tersebut, kita harus dapat memantau prevalensi dan beban di masyarakat. Studi kami membantu kami memahami bagaimana meningkatkan metode kami,” ujarnya.
Editor: denkur | Sumber: PMJNews