Jarak sering membuat kita tak berdaya. Bikin gemas dan menguji kesabaran. Jarak juga yang membuat segalanya terasa lambat. Ia kerap disalahkan ketika harapan tak berjalan sesuai rencana.
DARA – Tapi ternyata hanya jarak pula yang mampu memberi kita jeda, rehat sejenak dari apapun kompleksitas yang sedang dihadapi. Jaraklah yang memberi kita ruang untuk berkontemplasi, menyapa diri dan memahami hati.
Jarak. Spasi. Spasi yang begitu krusial dalam rentetan kata dan kalimat. Tanpa spasi, maka rangkaian kata jadi kekurangan makna. Bahkan, melelahkan untuk sekedar dibaca. Dalam spasi ada jarak. Dalam arti literer maupun metaforanya, begitu jauh sekaligus dekat dengan kondisi kekinian di seluruh dunia.
Ketika semua orang “dipaksa” untuk berjarak, berjauhan, bahkan menyendiri. Pandemi yang hingga kini masih kita alami. Sebuah masa yang penuh lara, tapi sekaligus berhikmah pencarian diri. Jika biasanya dunia terlalu riuh, kini kita diijinkan untuk banyak menyepi hingga akhirnya mengerti, bahwa kita memang memerlukan spasi.
Kira-kira seperti itulah makna yang coba dibangun dalam SPASI, sebuah single emosional yang digarap duo-yang bukan kebetulan, bernama-s|p|a|s|i. Makna yang tentu saja tidak semata terkoneksi dengan masa pandemi, meskipun ide kreatifnya lahir di masa ini.
Jarak-jeda-spasi dapat sangat relatable dengan kondisi apapun yang sedang kita hadapi. Bisa jadi jarak dalam hubungan asmara, keluarga, persahabatan, bahkan spiritual. Atau sesederhana jarak antara tempat tinggal dengan tempat aktivitas. Jika tak berjarak, bukankah akan sangat melelahkan bergerak di lingkungan yang itu-itu saja?
Inspirasi lagu SPASI
Lirik dalam single ini sebenarnya adalah sebuah karya lama dari tahun 2016 yang ditulis oleh Winne-personil perempuan s|p|a|s|i-untuk blog pribadinya. Karya aslinya lebih panjang, kemudian mengalami penyesuaian ketika dimasukkan dalam rangkaian nada dan melodi. Yang lalu bersama Didi Rae-personil pria s|p|a|s|i-mereka menyulapnya menjadi sebuah lagu.
“Seperti saat kubaca berulangkali puisi indahNya untukku malam ini”
Sumber inspirasinya pun tak kalah menarik. Winne temukan dalam sebuah pencarian spiritual yang cukup emosional. Ketika berhadapan dengan kondisi yang terpaksa membuatnya berjarak, sebuah kuasa membuatnya menjelajahi rangkaian kata dalam sebuah kitab. Bukan manusia yang bersabda di dalamnya, tapi adalah Sang Maha. Di situ Winne bertemu dengan sabda yang menyiratkan bahwa jarak dan jeda adalah sesuatu yang Ilahiah, telah diatur bahkan disarankan olehNya. Penemuan itu Winne curahkan di blog pribadinya.
Ketika berhadapan dengan masa pandemi, karya itu menjadi sangat relevan. Pada sebuah pertemuan dengan Didi Rae untuk kepentingan Live Streaming mereka, Winne mendiskusikan lirik dan nada yang sempat didendangkannya ketika sendiri. Didi menyambut niat Winne untuk menjadikannya sebagai lagu.
Bisa jadi hikmah pandemi, ketika mereka tidak membutuhkan waktu terlalu lama menyelesaikan lagu ini dalam waktu dua bulan. Dengan ketersediaan waktu yang lebih leluasa untuk mematangkan karya di tengah WFH dan PSBB, pun banyak pekerjaan reguler yang terpending karena masa pandemi. Maka merekapun mengerjakan lagu ini dengan berjarak, mengerjakan semuanya dari jarak jauh-daring-sesuai trend saat ini.
Single “Spasi” by s|p|a|s|i
Adalah duo pandemi. Mereka terbentuk di masa ketika menghasilkan karya menjadi sedemikian rumit mencari jalan keluar. Sebelum menjadi full time musician, Winne adalah seorang pekerja kreatif yang lama berkecimpung di dunia advertising agency dan event organizer.
Sedangkan Didi Rae adalah musisi multi-instrumentalis yang sering terlibat dalam berbagai live session dan
recording session.
Sebelumnya mereka memang telah saling kenal dari lingkar permusikan. Sekedar melepas jenuh #dirumahaja dan berniat membuat sesuatu yang layak untuk dibagi dengan dunia luar, Didi mengundang Winne untuk menjadi tamunya, menemaninya bermusik di YouTube Channel miliknya. Dua kali mereka berkolaborasi live streaming, mengcover lagu-lagu hits milik The Beatles, The Carpenters, The Corrs, Air Supply, dan banyak lagi.
Tak butuh waktu lama sampai akhirnya mereka berdiskusi dan menjalin chemistry bermusik. Tulisan SPASI yang didiskusikan mengilhami mereka untuk menamai kolaborasi mereka sebagai grup duo s|p|a|s|i. Bukan sekedar menyamakan diri dengan single pertama mereka, tapi lebih dari itu. s|p|a|s|i berarti “Satu PAham dan satu lokaSI”. Satu paham dalam bermusik, dan satu lokasi sebagai sesama penduduk Jakarta Selatan.
Pengerjaan yang serba daring tak membuat inspirasi mereka surut, malah mempercepat proses kreatif. Mungkin ini salah satu hikmah yang akan membuat para musisi semakin terbiasa bekerja jarak jauh. Proses pematangan lagu mereka lakukan dengan bertukar voice note, video call, dan teks whatsapp. Sedangkan proses produksi dikerjakan di home studio milik Didi.
Tentu dengan prokes ketat, karena keduanya termasuk sangat concern dengan situasi pandemi-jika tidak bisa
dibilang sedikit parno.
Finalnya, pada tanggal 30 Desember 2020, tepat dua hari sebelum tutup tahun, SPASI sebagai single pertama s|p|a|s|i mendapatkan format terbaiknya. Sebuah lagu yang-sekali lagi-bermakna dalam dengan emosi yang terdengar raw, baik secara vokal Winne maupun dentingan gitar Didi. Seperti menyimak s|p|a|s|i bermusik di sebelahmu.
Alunan yang awalnya terdengar lembut dan melankolis dengan solo gitar dan bass diramu string section yang terdengar sangat manis. Lalu berangsur menjadi kuat dan grande dengan lengkingan vokal meninggi ditambah gesekan cello di beberapa bagian menambah aura khusyuk, juga desis cymbal, dan chimes. Pada puncaknya, megahnya elemen bunyi kettledrum dan harpa hadir sesaat sebelum akhirnya tensi kembali turun drastis. Kembali sepi hanya dengan dentingan gitar Didi yang mengambang dan emosi vocal Winne yang memelan di akhir lagu.
Seperti membawa emosi kita menghadapi kesederhanaan sebuah jarak/jeda/spasi. Dari kebingungan dan putus asa, sampai kemudian mendapatkan keyakinan dan peneguhan makna. Lalu berakhir takzim. Berserah pasrah karena semua pasti berfaedah.
“Jarak. Spasi. Agar tak sesak. Agar berarti…”
Selamat menikmati. Selamat menyepi. Selamat berkontemplasi.***
Editor: denkur