Sebaiknya siswa SMK dibekali nilai-nilai kemandirian, sehingga lulusannya bukan untuk mencari kerja, melainkan berwirausaha. Siswa jangan terlalu berpikir untuk bekerja.
DARA | BANDUNG – Menurut Wali Kota Bandung, Oded M. Danial, teaching factory merupakan sistem pembelajaran berbasis industri yang kini wajib diterapkan di SMK. Melalui sistem ini, siswa diperkenalkan dengan ekosistem belajar yang semirip mungkin dengan lingkungan kerja di industri.
Wali kota menyebutkan hal tersebut saat meresmikan Teaching Factory dan Business Incubator di SMK 1 Pasundan Kota Bandung, kemarin. Teaching factory tersebut merupakan bantuan Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Bantuan yang diberikan Direktorat Pembinaan SMK meliputi biaya sosialisasi, magang guru, pembelajaran factory 4.0, pembenahan ruangan, hingga pameran.
Kepala SMK 1 Pasundan, Tati Mutiara, menuturkan, sistem ini memungkinkan sekolah tidak sekadar menerapkan kurikulum nasional dalam pembelajaran, melainkan juga kurikulum berbasis industri. Hal ini akan memperkaya wawasan siswa tentang keterampilan dan kemampuan sesuai kebutuhan dunia industri.
Jadi, lanjutnya, setelah menerima bantuan, nanti dipergunakan anak-anak berlatih, guru-gurunya juga magang. Setelah guru-gurunya magang nanti menghasilkan modul pembelajaran.
“Model pembelajaran itu basisnya industri, tidak kurikulum nasional lagi. Jadi nanti siswa itu belajarnya seperti belajar di industri,” ujarnya.
Mulai sekarang, menurut Tati, industri juga sudah dilibatkan dalam penyusunan kurikulum di SMK 1 Pasundan. Dengan begitu, hal yang diajarkan kepada siswa sesuai dengan kebutuhan mereka di lapangan.
‘Iya jadi nanti diselaraskan. Jadi ketika akan bekerja sudah siap,” katanya.
Wali Kota mendukung penuh sistem pembelajaran seperti itu. Ia menilai, sudah saatnya siswa SMK diberi pemahaman yang komprehensif tentang dunia industri.
Program ini, lanjut dia, bisa membekali siswa bukan hanya secara teori, melainkan juga kemampuan dari sisi praktik bisnis, praktik dalam melakukan teknologi tepat guna.
“Sebaiknya memang yang namanya sekolah kejuruan itu membentuk siswa-siswi ini menjadi siswa yang memiliki kemampuan,” ujar Oded.
Jika menguasai kemampuan dan keterampilan, siswa akan memiliki kesempatan lebih besar untuk bekerja. Kalaupun anak ingin melanjutkan sekolah, ia juga telah memiliki basis kemampuan yang bisa membuatnya lebih produktif dan mandiri.
Menurut wali kota, siswa SMK sebaiknya dibekali dengan nilai-nilai kemandirian, sehingga ditekankan agar lulusan SMK bukan untuk mencari kerja, melainkan berwirausaha. Meski sekarang sudah banyak dari perusahaan yang siap menampung kerja, ia berharap siswa jangan terlalu berpikir untuk kerja.
“Kalau sudah punya skill, kemampuan, teknologi, sebaiknya jadi wirausahawan,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan