Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) secara online tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, ternyata berimbas pada panitia PPDB tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP). Panitia PPDB Tingkat SMP mengeluh cukup kewalahan karena PPDB tahun ini, pekerjaannya jadi bertambah.
DARA | BANDUNG – Kepala SMPN 2 Padalarang, H Jaka Supriatna mengungkapkan, sekitar 95 persen orangtua siswa yang anaknya melanjutkan ke tingkat SMA sederajat, untuk pendaftaran PPDB diserahkan ke pihak sekolah asal.
“Kerjaan kita jadi dua kali lipat. Ya, menerima PPDB dari tingkat SD. Juga membantu mendaftarkan anak-anak didik kita yang mau masuk ke SMA,” ungkap Jaka, saat ditemui di sekolahnya Jalan Purabaya Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Akibatnya, para operator yang sedianya menjadi panitia PPDB untuk calon siswa sekolahnya, terpaksa harus bekerja ekstra membantu proses PPDB secara online bagi lulusan sekolahnya. Pasalnya rata-rata mereka mengeluhkan ribetnya PPDB secara online, ditambah masih terbatasnya perangkat komputer untuk mengkases data.
Dijelaskan Jaka, salah satu persyaratan untuk PPDB harus melampirkan nilai raport mulai semester 1 hingga semester 5. Belum lagi data yang diambil dari jalur khusus seperti afirmasi, prestasi dan perpindahan yang harus dibuktikan secara fisik. Begitu juga dengan jalur umum, yang harus mencari titik koordinat, jadi kerjaan operator.
“Lampirannya yang harus diupload begitu banyak. Dan itu dilakukan oleh tenaga operator kita,” ungkapnya.
Ironisnya sambung Jaka, selama tenaga operator bekerja mereka tidak mendapat honor. Pasalnya pihak sekolah tidak menganggarkan honorarium bagi mereka, sebagai tenaga bantuan dalam proses PPDB lulusan sekolahnya.
“Kasihan anak-anak operator yang sudah input data sejak tanggal 8 kemarin. Mada dana BOS belum turun,” keluhnya.
Senada dengan itu, Kepala SMPN 3 Gununghalu Jaja mengungkapkan, selain beban kerja bertambah, pihak sekolah terkendala dengan sulitnya jaringan internet. SMPN 3 Gununghalu berada di daerah yang jaringan internetnya lemot karena signal kurang kuat.
Ia juga mengapresiasi operator yang bekerja keras memberikan bantuan bagi siswa lulusan sekolahnya, untuk menginput dan mengupload data pendaftaran PPDB. Padahal mereka hanya sebagai tenaga honorarium di sekolahnya. “Operator jadi terbebani, tapi reward nggak ada,” ungkapnya.***
Editor: denkur