Budayawan Betawi, Ridwan Saidi kini sedang jadi perhatian para tokoh Jawa Barat, khususnya tokoh Ciamis. Itu terjadi karena pernyataannya soal bahwa Kerajaan Galuh itu tidak ada. Lantas apa kata Babeh?
DARA | BANDUNG – Ridwan Saidi alias Babeh dalam akun Youtube memaparkan tentang sejarah kerajaan di Indonesia, salah satunya soal Kerajaan Galuh Pakuan. Menurut Babeh, Kerajaan Galuh itu tidak ada.
Sontak, pernyataan itu membuat gerah para tokoh Jawa Barat, termasuk tokoh Ciamis, kota yang dulu sebagai ibu kotanya Kerajaan Galuh Pakuan.
Anggota DPRD Jabar, Dr Buky Wibawa Karya Guna Msi pun angkat bicara. Menurutnya, pernyataan Babeh tentang itu tidak memiliki basis keilmuan.
“Intinya, membicarakan aspek terutama yang berkaitan dengan nilai kultural harus hari-hati lah. Sering kali ini dirasakan sensitif dalam hal ini masyarakat Sunda,” ujar Buky di Bandung, Jumat (14/2). Dikutip dari CNNIndonesia.
Politikus Partai Gerindra ini mengingatkan agar tokoh-tokoh nasional manapun untuk berbicara hati-hati dan secara bijak dalam menyampaikan pendapat. “Kalaupun memiliki data lain sebaiknya dibicarakan di forum yang benar. Ayo kita terbuka untuk diskusi mengenai apapun terkait Jawa Barat, kesundaan, nilai-nilai kultur. Mari kita diskusi, dan saya kira masyarakat dan tokoh-tokoh Jawa Barat itu terbuka untuk sebuah informasi yang baru,” tuturnya.
Tak hanya soal pernyataan tidak adanya Kerajaan Galuh Pakuan, pernyataan tentang arti Galuh itu artinya brutal pun disoroti Buky. Menurutnya, belum pernah membaca literasi yang menyebutkan kata Galuh yang artinya brutal. “Saya kira yang pertama dia harus membuktikan datanya. Lalu ada dialog yang benar. Kalau dia salah, dia harus mengakui hal itu,” ujar Buky.
Sementara itu, dilansir dari detikcom, sejumlah elemen masyarakat Ciamis menggelar pertemuan untuk menyikapi ucapan Ridwan Saidi. Hasilnya dibacakan Rektor Universitas Galuh sekaligus Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis Yat Rospia Brata yang menyatakan tidak terima dengan ucapan Ridwan Saidi yang menyebut di Ciamis tidak ada kerajaan.
Pihaknya juga tidak menerima Ridwan Saidi menyatakan nama Galuh itu diartikan brutal. Padahal, Galuh itu adalah Galeuh berarti hati yang terdalam.
“Tidak menerima pernyataan Ridwan Saidi tentang prasasti dikatakan palsu. Dengan demikian kami minta Ridwan Saidi dalam waktu 2×24 jam datang ke Ciamis untuk membuktikan semua omongannya, prasasti di sini banyak,” ujar Yat Rospia.
Menanggapi sorotan tajam dari sejumlah tokoh Jawa Barat itu, Ridwan Saidi mengaku siap untuk datang ke Ciamis. Namun, babeh meminta ada sponsor untuk bisa berangkat ke Kabupaten Ciamis. “Ya gapapa datang ke Ciamis, cuma yang sponsori siapa, masa saya ongkos sendiri. Minta dong ke Bupatinya, kan yang berkepentingan. Masa saya ngucruk-ngucruk sendiri ke sono,” kata Ridwan Saidi, Jumat (14/2/2020).
Dia menegaskan siap memenuhi undangan warga Ciamis untuk menjelaskan terkait pernyataannya. Hanya saja untuk waktunya dia mengaku perlu disesuaikan terlebih dulu. “Bisa saja tinggal atur waktunya,” ujar Ridwan.***
Editor: denkur | Sumber: CNNIndonesia dan detikcom