Terkait berdirinya Museum Holocaust di Tondani Minahasa, Majelis Ulama Indonesia melalui Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional menggelar rapat koordinasi (Rakor) dengan MUI Sulawesi Utara dan MUI Minahasa.
DARA – Rakor dibuka Ketua Bidang HLNKI MUI Prof Sudarnoto Abdul Hakim yang menyampaikan sikap keberatannya terkait pendirian museum tersebut dari sudut politik dan edukasi, Rabu lalu.
“Dari sudut edukasi, museum tersebut dapat menjadi diplomasi kultural bagi kepentingan Zionisme Israel. Dari segi edukasi, sejarah Indonesia lebih butuh terkait nasionalisme, patriotisme, dan peran Islam dalam perjuangan bangsa dan pendidikan keagamaan yang wasathiyah, bukan terkait holocaust,” tegas Sudarnoto, seperti dikutip dari laman resmi MUI, Sabtu (12/2/2022).
Rapat koordinasi ini mendengarkan paparan fakta yang disampaikan MUI Sulut bahwa pendirian museum tersebut tidak melibatkan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).
Selain itu, pihak MUI Sulut menyatakan bahwa museum itu didirikan dengan tujuan pribadi, tidak mendapatkan izin resmi dari pemerintah setempat, dan tidak sesuai dengan semangat konstitusi Indonesia yang anti-penjajahan.
“Museum tersebut tidak relevan sebab isu holocaust itu isu bagi umat Yahudi, bukan isu Indonesia. Museum itu dapat mengusik perdamaian, dan dari segi keadilan juga jelas tidak adil sebab menonjolkan kesengsaraan Yahudi tapi tidak tentang kesengsaraan Palestina,” kata Ketua Komisi HLNKI MUI Pusat Dubes Bunyan Saptomo.
Masukan dan pendalaman rapat koordinasi ini akan menjadi masukan yang disampaikan kepada Dewan Pimpinan MUI untuk menyampaikan pandangannya secara resmi. [Yanuardi Syukur/Angga]
Editor: denkur