Soal Sekolah Tatap Muka, Dede Yusuf: Tergantung Kesanggupan Pemerintah Daerah

Sabtu, 22 Agustus 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selama pandemi Covid-19 para siswa terpaksa harus belajar dari rumah masing-masing/ilustrasi. (Foto: Humas Pemkab Bandung)

Selama pandemi Covid-19 para siswa terpaksa harus belajar dari rumah masing-masing/ilustrasi. (Foto: Humas Pemkab Bandung)

“Jadi itu sifatnya, peraturan tersebut hanyalah opsional, tidak wajib. Jadi kalau dianggap tidak perlu dan dianggap berbahaya dan perlu hati-hati, sebaiknya sekolah tidak dibuka dulu,” kata Dede Yusuf.


DARA | BANDUNG – Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi menyatakan, terkait keinginan para orangtua agar sekolah bisa dibuka kembali secara tatap muka, itu kembali lagi pada kesanggupan Pemerintah Daerah. Pasalnya Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh empat menteri itu sifatnya opsional.

“Jika memang pemerintah daerahnya bisa menjamin dan bertanggungjawab untuk daerahnya, protokol kesehatannya, dan segala sesuatunya terpantau, maka sekolah boleh masuk lagi dengan catatan hanya 50 persen siswa,” kata Dede Yusuf kepada wartawan di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (22/8/2020).

Yang menjadi catatan, kata Dede, ketika beberapa waktu lalu ada sekolah yang dibuka, ternyata tidak dapat terkontrol dengan baik, sehingga terjadi klaster-klaster baru dan di dalam SKB empat menteri, kalau memang sampai terjadi klaster baru, maka sekolah harus ditutup kembali.

Poinnya, lanjut dia, kejenuhan yang luar biasa dari anak dan orangtua yang mengharapkan mereka bisa kembali sekolah, ada beban yang luar biasa ketika mereka melakukan pembelajaran jarak jauh. Seperti internet, kuota, dan sebagainya. Namun di satu sisi, juga ada bahaya yang menunggu jika sekolah dimulai lagi.

“Jadi itu sifatnya, peraturan tersebut hanyalah opsional, tidak wajib. Jadi kalau dianggap tidak perlu dan dianggap berbahaya dan perlu hati-hati, sebaiknya sekolah tidak dibuka dulu. Namun jika ada orangtua yang memang butuh sekolah tatap muka karena tidak bisa melakukan pembelajaran jarak jauh, maka boleh dibuka dengan catatan siswanya harus di bawah 50 persen dan harus menerapkan sistem shift dengan protokol kesehatan yang ketat, kalau sampai ada klaster baru, ya harus ditutup kembali,” pungkasnya.***

 

Editor: Muhammad Zein

 

Berita Terkait

Bupati Bandung Ingin Menambah Jumlah Desa Jadi 411 Desa, Ini Alasannya
Tren Mobile Entertainment dan Media Sosial 2024, Gen Z Nilai TikTok Sebagai Media Sosial Paling Informatif
Pemda Provinsi Jawa Barat Mengawasi Pembongkaran Pagar Laut di Bekasi
Besti 2025 Dibuka Lagi Lho, Siapkan Syarat-syarat Ini
Pemprov Jabar Evaluasi Kerja Sama dengan PT TRPN Soal Pagar Laut Bekasi
Soal Pagar Laut Bekasi, KKP Beri Sanksi PT TRPN
Sinergi Bakrie Amanah & Kelompok Usaha Bakrie: Nutrisi Pintar untuk Masa Depan Anak Indonesia
Universitas Sangga Buana YPKP Perkuat Kerja Sama Internasional Melalui Penandatanganan MoU dengan Leave a Nest Malaysia dan ABPPTSI
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 12 Februari 2025 - 09:47 WIB

Bupati Bandung Ingin Menambah Jumlah Desa Jadi 411 Desa, Ini Alasannya

Rabu, 12 Februari 2025 - 09:20 WIB

Tren Mobile Entertainment dan Media Sosial 2024, Gen Z Nilai TikTok Sebagai Media Sosial Paling Informatif

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:35 WIB

Besti 2025 Dibuka Lagi Lho, Siapkan Syarat-syarat Ini

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:04 WIB

Pemprov Jabar Evaluasi Kerja Sama dengan PT TRPN Soal Pagar Laut Bekasi

Selasa, 11 Februari 2025 - 12:54 WIB

Soal Pagar Laut Bekasi, KKP Beri Sanksi PT TRPN

Berita Terbaru

mobil sim keliling kabupaten Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Rabu, 12 Feb 2025 - 06:26 WIB

mobil sim keliling kota Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Rabu, 12 Feb 2025 - 06:23 WIB