Sampah masih jadi masalah serius, tak hanya merusak keindahan, tapi juga mengancam kesehatan dan keberlanjutan lingkungan dalam waktu panjang.
DARA | Calon Wakil Bupati Garut nomor urut 02, Luthfianisa Putri Karlina, punya strategi untuk memberantas permasalahan sampah yang kini dianggap mengkhawatirkan di Kabupaten Garut.
Edukasi hingga masuknya teknologi ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Bajing merupakan beberapa gagasan yang ditawarkan Putri Karlina.
Begitu dikatakan Putri Karlina saat secara khusus mendatangi TPA Pasir Bajing ynag berlokasi di Desa Sukaraja, Kecamatan banyuresmi, Kabupaten Garut itu pada Selasa (20/10/20204).
Dalam kunjungannya tersebut, Putri Karlina sempat berbincang dengan para pemulung yang banyak berkeluh kesah kepadanya.
Putri juga melihat secara langsung kondisi satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah di Garut itu.
Putri Karlina mengaku miris, sekaligus cemas setelah melihat kondisi TPA Pasir Bajing. Menurutnya, jika dibiarkan, tumpukan sampah di sana lama-kelamaan akan berdampak buruk.
Putri menyebutkan, sebenarnya di TPA Pasir Bajing ini sudah jauh lebih baik karena UPT-nya bekerja. Hanya saja ke depannya harus ada kebijakan yang lebih masif.
“Jadi enggak cuman ngurusin di sini saja. Tapi harus ada kebijakan yang merambah semua titik. Baik dari hulu, maupun sampai akhir. Pertanyaan besarnya, ini sebenarnya tumpukan sampah mau diapain?,” ujar Putri.
Menurut Putri Karlina, salah satu hal yang akan dilakukannya apabila dirinya terpilih menjadi Wakil Bupati Garut nanti, adalah dengan memasukan teknologi ke TPA Pasir Bajing.
Ia menyebutkan teknologi ini akan sangat membantu proses pengelolaan sampah.
“Teknologi, pertama, untuk mengurangi dari penumpukan ini, supaya juga kan kita tahu sampah udah numpuk, takutnya ada ledakan gas ya. Itu aja dulu. Teknologi sebenarnya yang harus dimasukan dulu,” ujarnya.
Putri Karlina juga mengaku akan mendatangkan ahli dalam bidang sampah. Ketika teknologi pengolahan sampah sudah masuk, menurutnya, bukan tidak mungkin sampah di Pasir Bajing akan teratasi.
Selain teknologi, Putri juga berkomitmen untuk membereskan persoalan sampah dari hulu. Ia menuturkan, bahwa edukasi kepada masyarakat, menjadi poin penting yang akan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya darurat sampah di Garut.
“Dari dulu aturannya kan begitu (memilah sampah dari rumah). Tapi kenapa dari dulu juga di Garut khususnya tidak berhasil. Padahal metode sudah ada. Maka dari itu, penting pemerintah untuk hadir, tidak sekadar seremoni. Benar-benar harus didampingi masyarakatnya,” katanya.
Putri menuturkan, selain dua solusi tadi, ia juga menawarkan untuk mengintegrasikan kelompok-kelompok organisasi yang sudah konsen di bidang daur ulang sampah, hingga memanfaatkan limbah menjadi kerajinan.
Ia menilai, di tangan mereka nantinya masyarakat juga akan mendapatkan manfaat ekonomis dari memilah sampah.
“Mereka harus dilibatkan. Supaya mereka enggak kerja sendiri, tapi punya efek yang lebih menyentuh publik. Karena kalau ngomongin recycle, sebenarnya sekarang sudah banyak komunitas yang melek terhadap potensi daur ulang,” tutur Putri Karlina.***
Editor: denkur