Kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi, sejumlah petani gelar aksi unjuk rasa, mendatangi kantor Dinas Pertanian Kabupaten Garut, di Jalan Pembangunan, Rabu (23/9/2020).
DARA | GARUT – Sejumlah petani juga menilai persoalan kartu tani tidak jelas, karena masih banyak petani yang belum memilikinya.
Abdul (64), salah seorang petani mengatakan, hingga saat ini dirinya cukup kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, mulai dari stoknya habis hingga tidak bisa membeli karena tidak memiliki kartu tani.
“Petani hanya bisa membeli pupuk bersubsidi kalau ada kartu tani, sedangkan sekarang ini banyak sekali petani yang tidak memilikinya. Sebetulnya datanya sudah masuk, tapi yang jadi kartu tani hanya beberapa saja. Sisanya jadi bingung,” ujarnya, Rabu (23/9/2020).
Menurut Abdul, persoalan tersebut sudah berlangsung cukup lama, namun hingga saat ini tidak ada perhatian dari pemerintah, meskipun hal tersebut sudah disampaikan kepada petugas di lapangan.
“Jadinya sekarang kita terus-terusan harus membeli pupuk non subsidi yang harganya mahal. Sehingga ini sangat memberatkan,” ujarnya.
Abdul menyebutkan, dari informasi yang diketahuinya suplai pupuk bersubsidi dari prodesen selama ini disesuaikan dengan kebutuhan petani di lapangan. Petani yang memiliki kartu tani pun hanya bisa membeli sesuai kebutuhan, dan itu tercatat dalam data.
“Masalahnya, data kita sudah masuk, termasuk data lahan yang digarapnya. Lalu kalau suplai pupuk disesuaikan dengan itu, sisa pupuk subsidinya kemana? Kami berfikir negatif tentunya, pasti ada yang main disini,” katanya.
Sementara itu, koordinator aksi, Ayi Sunarya, menyebutkan, bahwa kebijakan subsidi pupuk saat ini tidak berkeadilan. Menurutnya, kelangkaan pupuk bersubsidi yang saat ini terjadi di Garut karena adanya pemainan oknum-oknum yang mengalihkan distribusi pupuk kepada mereka yang bukan haknya.
“Kami menilai bahwa program pemerintah berupa kartu tani untuk subsidi pupuk juga memang tidak jelas realisasinya, apalagi menggunakan mekanisme perbankan. Tentunya harus ada penjelasan mekanisme subsidi pupuk bagi petani secara berkeadilan,” katanya.
Ayi menuturkan, saat ini para petani harus membeli pupuk dengan harga mahal. Namun mahalnya harga pembelian pupuk tersebut tidak sebanding dengan hasil pertanian yang rendak akibat tidak maksimalnya pemupukan tanaman.***
Editor: denkur | Wartawan: Andre