Generasi usia produktif, khususnya Generasi Z (Gen Z) dan Milenial, menyadari pentingnya pengembangan diri (self-development).
DARA | Ini adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri, baik secara pribadi maupun profesional.
Pengembangan diri, yang meliputi hard skill atau soft skill, dapat dilakukan secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain. Contohnya menerapkan pola hidup sehat, ikut kursus, atau kerja sambilan.
Jakpat mengadakan survei untuk mengetahui minat pada pengembangan diri pada Gen Z dan Milenial.
Laporan yang melibatkan 1549 responden ini menunjukkan ketertarikan, tujuan, dan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengembangkan diri mereka.
Kebanyakan responden mengaku tertarik dengan self-development, di mana 55% berencana melakukan kegiatan pengembangan diri dan 32% sedang melakukannya.
Sisanya, 13% tidak tertarik dengan topik ini. Tiga dari 5 orang menyatakan tertarik melakukan aktivitas pengembangan diri karena ingin menambah wawasan dan pengetahuan.
Alasan lain yang paling umum adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan keterampilan, terutama untuk Milenial. Sementara itu, lebih dari separuh Gen Z melakukannya untuk mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan rasa percaya diri.
“Gen Z lebih aktif dalam kegiatan self-development dibanding Milenial, menunjukkan bahwa mereka lebih terbuka mengeksplorasi kursus untuk memperluas wawasan, meningkatkan keterampilan, dan membangun kepercayaan diri,” ujar Lead Researcher Jakpat, Farida Hasna.
“Sementara itu, Milenial lebih fokus pada peningkatan kualitas hidup dan pengembangan profesional, meskipun menghadapi tantangan dalam mengatur waktu,” imbuhnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (17/3/2025).
Riset Jakpat menemukan bahwa sebanyak 61% responden memperbanyak ibadah sebagai upaya pengembangan diri. Aktivitas lain yang dilakukan adalah mempraktikkan rasa syukur (56%), mencoba menjalani kehidupan yang rapi dan teratur (51%), hingga ikut kursus (41%).
Setengah dari laki-laki berolahraga secara teratur sementara 2 dari 5 perempuan bekerja sambilan sebagai bentuk self-development.
Kursus sebagai upaya self-development
Sebanyak 45% Gen Z dan 37% Milenial tertarik mengambil kursus yang mendukung kegiatan self-development. Kursus pelajaran seperti bahasa asing, komputer, atau desain; diminati oleh 90% responden. Sementara, 70% tertarik dengan kursus keterampilan seperti memasak, fotografi, dan menulis.
Hampir 50% responden menyatakan tertarik dengan kursus public speaking.
Kursus bahasa asing adalah yang paling digemari responden, dengan persentase 50%.
Sebanyak 56% Milenial tertarik dengan kursus digital marketing dan 54% Gen Z berminat pada kursus public speaking.
“Minat kursus self-development menunjukkan bahwa generasi muda makin selektif dalam memilih keterampilan yang relevan dengan karier dan kehidupan mereka,” ujar Hasna.
Sumber informasi terkait self-development
Para responden umumnya mendapat informasi seputar kegiatan self-development melalui media sosial, terutama iklan (40%).
TikTok menjadi media sosial pilihan Gen Z untuk mencari informasi tentang aktivitas pengembangan diri, baik dari akun resmi penyedia kegiatan self-development (26%) maupun akun lainnya seperti dari kalangan profesional
atau reviewer (30%).
Satu dari 3 Milenial mendapatkannya dari rekomendasi orang-orang di sekitar mereka seperti teman dan keluarga.
Siapa saja influencer yang dianggap membantu dalam kegiatan pengembangan diri para responden? Berapa biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk mengikuti kursus? Dapatkan hasilnya dengan data mendetail dalam laporan Jakpat “Exploring Self-Development Trends Among Gen Z and Millennials” pada tautan berikut:
Exploring Self-Development Trends Among Gen Z and Millennials
Editor: denkur