Tahun Ajaran Baru, Belajar Sistem Daring Dikeluhkan para Orangtua Siswa

Senin, 20 Juli 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi (Foto: kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/net)

Ilustrasi (Foto: kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/net)

Tahun ajaran 2020/2021 dimulai. Sistem pembelajaran jarak jauh atau daring yang diberlakukan sejak minggu lalu ternyata dikeluhkan para orangtua siswa.


DARA | BANDUNG – Para orangtua siswa merasa terbebani dengan sistem belajar online karena harus membeli kuota untuk paket data seluler. Bahkan, banyak diantaranya yang tidak memiliki gadget atau telepon seluler android, sehingga harus membelinya disaat ekonomi sedang sulit.

Seorang penggiat sosial dari Pangalengan, Asep Supriadi (40) mempertanyakan kenapa pemerintah tidak segera membuka sekolah-sekolah terutama di daerah yang zona hijau, sementara tempat wisata terus digenjot untuk dibuka kembali.

“Saya sering ngobrol dan mendengarkan keluhan ibu-ibu terutama di daerah saya terkait sistem belajar online ini. Mereka rata-rata keberatan, saya pahami mungkin dengan ketidakmengertian mereka untuk menggunakan gadget, dan yang paling parah adalah di situasi ekonomi yang masih labil ini, mereka harus berebut antara makan atau membeli pulsa, belum lagi yang nggak punya HP kan harus maksain beli, tahu sendiri kan upah orang kebun itu berapa,” jelasnya kepada dara.co.id melalui sambungan telepon, Senin (20/7/2020).

Menurutnya, alangkah lebih baiknya jika pemerintah terutama pemerintah daerah untuk mengkaji ulang hal tersebut karena banyak sekali kesulitan yang harus dihadapi masyarakat.

Ia menganggap dengan pembelajaran sistem daring ini justru pendidikan malah jadi tidak merata, pasalnya bukan hanya tidak semua siswa memiliki gadget, permasalahan sinyal jaringan seluler pun begitu terasa terutama bagi mereka yang tinggal di daerah pegunungan seperti Pangalengan.

“Geografis Kabupaten Bandung kan macam-macam, tidak semua bisa mendapat sinyal bagus, nah kalau lagi belajar ntar sinyalnya hilang gimana, percuma juga kan, nanti tetep aja siswa nggak bisa belajar, terus yang orangtuanya kerja di kebun atau di pabrik misalnya, itu kan kalau anaknya lagi belajar otomatis nggak bisa mendampingi, kasihan anaknya kalau ada kesulitan,” tambahnya.

Ia yang selama ini juga menjadi penggiat di beberapa tempat wisata merasa heran, kenapa sektor wisata segera dibuka, padahal dari pengamatannya, justru di tempat wisatalah yang lebih berbahaya karena dikunjungi banyak orang dari berbagai tempat dan dengan perilaku yang juga berbeda-beda.

“Kalau sekolah terutama SD kan siswanya cenderung dari lingkungan yang sama, satu RW atau satu desa, itu kan nggak ada orang luar, sudah ketahuan kan sehat atau enggaknya, lagian anak-anak itu tiap harinya main bareng kok dan aman-aman saja, beda sama wisatawan, mereka kan nggak tahu asalnya dari mana aja, riwayat sakitnya apa,” katanya.

Asep berharap pemerintah akan segera membuka kembali sekolah terutama untuk yang berzona hijau, agar beban masyarakat bisa berkurang. Ia juga mengkhawatirkan psikis anak jika terlalu lama diam dirumah dan kurang besosialisasi dengan teman-teman sebayanya.

“Saya sudah banyak ngobrol dengan banyak orangtua dari berbagai latar belakang, ada dokter, pekerja kantoran, para buruh, orang berada ataupun yang kurang mampu, pada dasarnya mereka menginginkan agar anaknya bisa segera bersekolah seperti biasa karena khawatir juga dengan psikis mereka. Yang mereka rindukan itu belajar bersama, bertemu dengan teman-teman di sekolahnya. Mohon pemerintah segera mengkaji dan membuat kebijakan untuk hal ini,” ujarnya.***

Editor: denkur

Berita Terkait

Usai Dikalahkan Jepang, Begini Peluang Indonesia Jika Ingin Lolos ke Piala Dunia 2026
Presiden Prabowo Subianto Dianugerahi Tanda Kehormatan Tertinggi “Grand Cross of the Order of the Sun of Peru”
Persaingan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Semakin Ketat, Begini Peluang Timnas Indonesia
Buntut Rotmut Pejabat Eselon 2, Irjen Kemendagri Datangi Pemkab Bandung Barat. Ada Apa ya?
Menlu RI : Inovasi dan Digitalisasi Harus Jadi Penggerak Ekonomi Formal dan Global di Kawasan
Conference of the Parties ke-29 (COP29) Komitmen Baru Menuju Bumi Lebih Hijau 
Duel Indonesia Vs Jepang Bakal Heboh, JKT48 Bakal Menghibur Superter Garuda
Kabupaten Bandung Raih Penghargaan Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 16 November 2024 - 10:00 WIB

Usai Dikalahkan Jepang, Begini Peluang Indonesia Jika Ingin Lolos ke Piala Dunia 2026

Sabtu, 16 November 2024 - 09:34 WIB

Presiden Prabowo Subianto Dianugerahi Tanda Kehormatan Tertinggi “Grand Cross of the Order of the Sun of Peru”

Jumat, 15 November 2024 - 17:18 WIB

Persaingan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Semakin Ketat, Begini Peluang Timnas Indonesia

Jumat, 15 November 2024 - 16:14 WIB

Buntut Rotmut Pejabat Eselon 2, Irjen Kemendagri Datangi Pemkab Bandung Barat. Ada Apa ya?

Jumat, 15 November 2024 - 15:35 WIB

Menlu RI : Inovasi dan Digitalisasi Harus Jadi Penggerak Ekonomi Formal dan Global di Kawasan

Berita Terbaru

NASIONAL

Kapolri: Selamat HUT ke-79 Korps Marinir TNI AL

Sabtu, 16 Nov 2024 - 10:07 WIB

Ilustrasi (Foto: Kemenkes)

NASIONAL

Kenali Gejala dan Penyebab Gondongan

Sabtu, 16 Nov 2024 - 09:50 WIB