Sabtu siang kemarin Gunung Tangkuban Parahu dilaporkan mengeluarkan asap gas setinggi 100 meter. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menjelaskan penyebabnya.
DARA – Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, mengatakan, hembusan gas yang terjadi diduga akibat adanya air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan, yang terpanaskan oleh batuan panas di bagian dangkal dibawah permukaan kawah dan membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi.
“Sehingga terjadi over pressure dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa hembusan yang cukup kuat,” kata Eko dalam keterangan resminya, seperti dikutip dara.co.id dari prfm, Minggu (13/2/2022).
Eko mnuturkan, hembusan berwarna putih mengindikasikan di dominasi oleh uap air. Dinamika aktivitas vulkanik di dekat permukaan seperti ini dapat terjadi karena adanya perubahan kesetimbangan energi yang berasal faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari curah hujan dan tingkat evaporasi/penguapan.
Terkait kegempaan Gunung Tangkuban Parahu, Eko menyebutkan dari hasil pengamatan, tidak menunjukkan adanya pola kenaikan.
Pengamatan deformasi dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement) tidak menunjukkan adanya gejala inflasi pada tubuh gunung api.
Eko mengingatkan, potensi bahaya gunung Tangkuban Perahu masih tetap ada yakni erupsi freatik yang bersifat tiba-tiba tanpa didahului gejala peningkatan aktivitas vulkanik yang jelas.
“Namun demikian, mengacu pada data pemantauan visual dan instrumental di atas, maka potensi bahaya Gunungapi Tangkuban Parahu saat ini masih terlokalisir di dalam kawah dan potensi erupsi besar belum teramati,” tuturnya.
Saat ini tingkat aktivitas Tangkuban Parahu ditetapkan pada Level I (Normal), dengan rekomendasi agar masyarakat tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan tidak mendekati/beraktivitas di sekitar kawah aktif lain yang berada di Tangkuban Parahu.
Tingkat aktivitas ini akan dievaluasi kembali selama dua hingga tiga hari ke depan untuk antisipasi jika terjadi gejala pengingkatan aktivitas vulkanik yang signifikan,” ujarnya.
Editor: denkur | Sumber: prfm