Tauco, Kuliner Khas Cianjur yang tak Lekang oleh Waktu

Sabtu, 13 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto-foto: dara.co.id/Purwanda

Foto-foto: dara.co.id/Purwanda

KABUPATEN Cianjur, Jawa Barat tak hanya terkenal sebagai kota penghasil beras Pandanwangi. Wilayah Tatar santri itu juga terkenal dengan kuliner khasnya, yaitu Tauco.

Meskipun sempat menjadi primadona sebagai makanan khas Cianjur,  kuliner yang berbahan baku utama kedelai itu kini seperti mati suri.

“Popularitas tauco tak seperti dulu lagi. Gempuran kuliner modern perlahan menggeser sajian olahan khas Cianjur ini,” kata Budi Chandra, pewaris bisnis tauco tertua di Cianjur, belum lama ini.

Budi, generasi kelima yang menjalankan bisnis ini, melanjutkan usaha kuliner yang sudah melegenda itu. “Setiap hari harus ada produksi tauco untuk persediaan. Jangan sampai stok kosong, karena membuat tauco butuh waktu lama,” kata pria berkacamata itu.

Budi menuturkan, bisnis tauco keluarganya telah dimulai sejak 1880 oleh leluhurnya yang berasal dari Cina. Tidak ada resep khusus yang disisipkan. Bahkan Budi terang-terangan mengaku, bahan baku hingga proses produksi tauconya sama saja dengan tauco yang lain.

Dalam sekali produksi sedikitnya dibutuhkan satu kuintal kedelai. Dimulai dari memilah butiran kedelai, pencucian, perebusan selama 5-6 jam, dijemur setengah kering, fermentasi selama tiga hari, lalu direndam air garam hingga kering, kira-kira mencapai  sepuluh hari.

”Tidak ada resep rahasia sama sekali. Yang jelas kita hanya mempertahankan rasa dan proses memasak seperti yang dulu. Mungkin, penambahan kayu bakar saat merebus menambah nilai jual produk ya,” ujar dia.

Setelah proses perendaman dan penjemuran di dalam paso atau guci selesai, tauco yang sudah mengendap akan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari alumunium. Budi menunjukkan sejumlah tempat andalannya, yakni guci asli Cina yang berusia 100 tahun dan telah digunakan sejak awal merintis bisnis tauco.

Guci tersebut, bisa menampung lebih dari 2 kwintal tauco yang akan disimpan selama 3 bulan ke depan atau lebih agar rasa semakin mantap.

Walaupun sudah memiliki nama, tidak ia bantah bahwa dalam proses pemasaran masih menemui kendala. Apalagi, sejauh ini ia berpangku pada ramainya kunjungan ke Cianjur pada hari-hari libur.

“Kalau hari biasa, ya sepi saja. Sehari cuma satu, dua pengunjung yang datang. Itu pun belum tentu beli tauco, hanya beli makanan ringan,” ujarnya.

Toko yang terletak di Jalan Gunung Lanjung km 5, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur itu memang memasarkan pula produk lain berupa makanan ringan. Alih-alih melebarkan sayap, Budi enggan memasarkan produknya melalui media sosial. Pasalnya, tauco miliknya tidak berusia lama karena diproses tanpa bahan pengawet yang hanya mampu bertahan selama sepuluh hari.

Walaupun kemungkinan pemasaran akan lebih cepat, ia merasa sudah tercukupi dengan pemasaran di tokonya. Seraya berseloroh, Budi mengatakan, tanpa perlu gembar gembor memasarkan pun, banyak pelanggannya yang melakukan pemasaran mulut ke mulut.

“Jadi, seolah nama kami pun memang belum surut di kalangan penggemar tauco,” katanya.

Meski seringkali sepi, tokonya akan tiba-tiba begitu ramai menjelang hari besar, terutama Lebaran karena tradisi mudik masyarakat muslim.

Berbicara harga, Budi mematok harga yang sama di pasaran. Ukuran botol 350 ml – 1 liter dijual seharga Rp 15 – 55 ribu. Dipastikan, rasa tauco tersebut tidak berbeda dengan yang sebelumnya, apalagi Budi mempertahankan proses pembuatan yang manual.

Usaha yang akan terus diturunkan itu, diakuinya, perlu banyak dilindungi. Banyaknya produsen tauco denganberagam  merk, menurut dia, menjadi peluang penjiplakan yang marak.

Tauco miliknya, bahkan banyak dijiplak oleh produsen kecil dengan nama yang hampir serupa. Beruntung, sudah sejak lama produk Budi memiliki hak paten. Tapi, tidak munafik, jika ia merasa kecewa atas penjiplakan merk.

“Mungkin sebagai strategi berdagang. Apalagi, masyarakat kita memang masih kurang peka terhadap aturan dan hak karya orang lain,”ujarnya.

Ia berharap, pemerintah setempat bersedia untuk mempertegas peraturan terhadap produsen yang disinyalir menjiplak produk miliknya. Setidaknya, sebagai bentuk penyadaran kepada setiap pelaku usaha mengenai pentingnya hak milik produk.

Namun, ia juga mensyukuri munculnya produsen tauco lainnya di Cianjur. Hal itu dinilai sebagai salah satu jalan untuk terus melestarikan makanan tradisional itu.***

Penulis: Purwanda | Editor: Ayi Kusmawan

 

Berita Terkait

FIFGROUP Raih Penghargaan Indonesia Digital Sustainability Awards 2025
Apresiasi Agen Hebat, Pegadaian Gelar Agen Pegadaian Awards 2024 National
Tren Belanja Online 2024: 62% Gen Z Belanja via Live Shopping
Pertamax Turbo Dukung Sean Gelael di Ajang FIA WEC 2025: Perpaduan Kecepatan dan Keberlanjutan
Komisi XII DPR RI Pastikan Distribusi LPG 3 Kg Lancar hingga Sub Pangkalan
Ditopang Kinerja Sektor Logistik, PosIND Catat Laba Bersih Rp767,7 Miliar
CV Kahla Global Persada Ekspor Kripik Tempe ke Jeddah, Begini Harapan Bupati Sukabumi
KI DKI Jakarta Apresiasi Langkah Cepat Pemerintah Tangani Sulitnya Masyarakat Peroleh Gas LPG 3 Kilogram
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 20 Februari 2025 - 09:40 WIB

FIFGROUP Raih Penghargaan Indonesia Digital Sustainability Awards 2025

Kamis, 20 Februari 2025 - 09:28 WIB

Apresiasi Agen Hebat, Pegadaian Gelar Agen Pegadaian Awards 2024 National

Selasa, 18 Februari 2025 - 17:43 WIB

Tren Belanja Online 2024: 62% Gen Z Belanja via Live Shopping

Selasa, 18 Februari 2025 - 13:59 WIB

Pertamax Turbo Dukung Sean Gelael di Ajang FIA WEC 2025: Perpaduan Kecepatan dan Keberlanjutan

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:45 WIB

Komisi XII DPR RI Pastikan Distribusi LPG 3 Kg Lancar hingga Sub Pangkalan

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

JABAR

Panglima TNI Kunjungi Makodim 0607/Kota Sukabumi

Sabtu, 22 Feb 2025 - 10:31 WIB