Jaman memang sudah berubah. Dulu sekitar tahun 70 hingga 80 an, mengisi teka teki silang atau TTS adalah salah satu kebiasaan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang.
DARA – Mengisi TTS sendiri memang asyik. Ia putar otak untuk menorehkan huruf per huruf baik diposisi mendatar atau menurun. Tapi, lebih seru lagi jika mengisi beramai-ramai, bisa saling tanya.
Tiga huruf mendatar atau tujuh huruf menurun, dan lain-lain, begitulah format kotak yang harus diisi. Orang akan tersenyum bangga jika semua pertanyaan terjawab atau jika semua kota terisi huruf.
Berhadiahkah? Umumnya orang tidak berpikir tentang hadiah TTS. Meski sebetulnya ada hadiah. Tapi tak peduli itu, sebab mereka hanya berpikir dua faktor saja yakni iseng ngisi waktu senggang dan itung-itung mengasah wawasan.
TTS bisa sangat mudah didapat. Selain selalu diterbitkan oleh hampir semua koran setiap hari Sabtu atau Minggu, juga dijual berbentuk buku khusus TTS di lapak-lapak koran dan pedagang asongan di beus dan terminal.
Lucunya lagi, sebagai penarik minat si penerbit buku TTS selalu menampilkan gambar perempuan cantik nan seksi di sampulnya. Umumnya perempuan yang ditampilkan itu adalah artos-artis sohor yang dikenal seksi, baik artis dalam negeri maupun luar negeri.
Kecanduan TTS memang sering terjadi. Ketika saat itu tidak terisi semua kotak, makan akan kembali dilanjutkan di jam berikutnya. Sembari begitu mereka kerap berpikir-pikir tentang jawaban dari pertanyaan yang belum teisi tadi. Hasilnya sering juga ditemukan jawabannya.
Semua itu kini tinggal kenangan. Anak milenial kebanyakan tidak tahu TTS, sebab mereka lebih cenderung bersahabat dengan gedget yang menyediakan berbagai macam permainan dan pengetahuan.
Editor: denkur