Sejumlah warga di beberapa daerah di Kabupaten Garut mengaku merasa cemas saat mendengar adanya suara gemuruh yang semula diduga berasal dari kawasan Gunung Guntur pada Senin (7/2/2022) malam kemarin.
DARA – Terdengarnya suara gemuruh yang diduga berasal dari Gunung Guntur itu pun menyebar di sejumlah aplikasi sosial, seperti Whatsapp (WA), facebook, serta instagram. Dalam postingannya yang beredar di media sosial, mereka rata-rata mengkhawatirkan kondisi Gunung Guntur akan meletus.
Namun, suara gemuruh yang awalnya diduga berasal dari Gunung Guntur itu dibantah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, dan menyatakan bahwa kondisi Gunung Guntur saat ini dalam keadaan normal.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Garut, Satria Budi, mengatakan, berdasarkan keterangan dari petugas jaga Pos Pengamatan Gunung Guntur, Ade Koswara, Jaya, dan Rifani, bahwa kondisi Gunung Guntur saat ini dalam keadaan normal.
“Dari tanggal 1 sampai dengan 8 Februari 2022 terdapat 4 kali catatan getaran. Sementara normalnya dalam satu bulan ada 24 sampai dengan 30 catatan getaran,” ujarnya, Selasa (8/2/2022).
Satria menyebutkan, secara reguler ada 4 pengamatan yang dilakukan oleh petugas jaga di Pos Pengamatan Gunung Guntur yaitu pengamatan visual, pengamatan instrumen, pengamatan informasi, dan pengamatan geokimia.
Menurutnya, pengamatan Geokimia, yaitu mengukur suhu kawah dan air panas. Suhu kawah pada posisi normal sekitar 60 sampai 80 derajat celcius. Pengecekan suku kawah dilakukan secara berkala di Kawah Geulis, Kawah Parupuyan, Kawah Kabuyutan, dan Kawah Guntur.
“Sedangkan pengecekan suhu air panas secara berkala dilakukan di Sabda Alam, Cimendong, Sari Panas, Tirtagangga, dan Ciengang. Rata-rata suhu pada keadaan normal adalah 36 sampai 46 derajat celcius,” ucapnya.
Berkaitan dengan suara gemuruh yang terjadi kemarin malam, Satria pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada, karena menurutnya apabila ada hal-hal penting terkait Gunung Guntur, petugas di Pos Pengamatan pun senantiasa berkoordinasi dengan instansi atau lembaga terkait dalam 24 jam.
“Bahkan masyarakat juga dapat ikut memantau situasi kegunungan melalui aplikasi Magma Indonesia,” katanya.
Satria meambahkan, terkait suara gemuruh, setelah melakukan koordinasi dengan pihak terkait, diperkirakan suara gemuruh berasal dari rutinitas di kawasan geothermal Kamojang.
“Namun karena angin cukup kencang ke arah kaki Gunung Guntur, suara gemuruh menjadi terdengar lebih jelas,” ucapnya.
Editor: denkur