DARA | BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Eidwan Kami, segera memanggil PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). Pemanggilan untuk membicarakan dinamika yang terjadi selama proses pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Khususnya, lanjutnya, jika akan melakukan penggalian, SOP harus ada supervisi dari Pertamina. “Saya akan memanggil KCIC karena saya mendapat beberapa laporan tidak hanya urusan Pertamina, di titik-titik lain ada komplain. Saya kumpulkan (komplain) agar saya tegur (KCIC), supaya kejadian (kebakaran) ini tidak terulang lagi,” kata gubernur, seusai pertemuan dengan perwakilan PT Pertamina di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (24/10).
Dalam siaran pers Humas Pemprov Jawa Barat, tak hanya KCIC, gubernur juga berencana memanggil pemerintah kabupaten/kota yang terkait dengan pembangunan proyek KCJB. Hal ini dilakukan untuk mengoordinasikan berbagai keluhan yang diutarakan masyarakat selama proses pembangunan.
Hingga Kamis (24/10), ia memastikan sudah tidak ada lagi pipa Pertamina yang aktif di jalur yang dilalui proyek PT KCIC. Sementara itu, PT Pertamina menyebut, pihaknya memang menyiapkan jalur pipa baru untuk menghindari proyek KCIC sebelum insiden kebakaran terjadi.
Gubernur menambahkan, pihak PT Pertamina melaporkan telah melakukan upaya kontinjensi, mitigasi, dan monitoring dampak bencana ke masyarakat. Selain itu, PT Pertamina melaporkan, bahwa pasokan BBM di Bandung dan sekitarnya dipastikan aman.
“Pasokan BBM ke masyarakat sudah normal,” ujarnya.
Ia meminta PT KCIC memperhatikan aspek keamanan dan menjunjung Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku dalam pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor. Ini terkait insiden kebakaran pipa PT Pertamina penyalur BBM segmen Ujung Berung-Padalarang oleh kontraktor proyek KCJB untuk konstruksi elevated di Jalan Sukahaji, Kota Cimahi, samping jalur Tol Padalarang KM 130 pada Selasa (22/10/19).
“Saya minta atensi lebih (terhadap) SOP yang proporsional dan profesional. Proyek ini sangat ditunggu selesainya. Tapi prosesnya harus dengan cara-cara yang tidak menimbulkan dinamika,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan