Selain modal atau alat usaha, pembudidaya ikan sangat membutuhkan ilmu untuk mengubah pola pikir yang berdampak kepada peningkatan kesejahteraan.
DARA | BANDUNG – Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, berjanji membantu kebutuhan usaha budidaya ikan air tawar di Kabupaten Bandung. Termasuk modal.
“Saya yakin para pelaku usaha sektor perikanan budidaya punya keinginan besar. Tapi bingung bagaimana memulai, maka kami siap memberikan bantuan apa pun dari sektor perikanan budidaya,” kata Edhy, dalam kunjungannya ke tempat budidaya ikan air tawar di Kampung Parung Serab, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Kamis (2/1/20).
Menurut dia, kendala lain yang sering ditemui pembudidaya ikan adalah mahalnya ongkos pakan yang bisa mencapai lebih dari 70 persen dari total biaya. Karena itu, KKP akan menggunakan solusi pakan alternatif yang ditemukan oleh mahasiswa ITB.
“Kendala dari pembudidaya adalah pakan yang mahal bisa mencapai 70 persen, ongkos habis di pakan. Maka kita harus berani mengambil langkah tadi ada solusi yaitu alternatif pakan yang ditemukan oleh mahasiswa ITB. Nah kita akan coba,” ujarnya.
Ia menganggap, selama ini komunikasi menjadi permasalahan dalam upaya peningkatan sektor budidaya ikan. Oleh karena itu, pihaknya berupaya menjalin komunikasi dengan pembudidaya ikan air tawar.
“Saya ditugaskan Pak Presiden (untuk) membangun komunikasi dengan nelayan atau peternak ikan air tawar, karena selama ini komunikasi dianggap tidak kondusif, banyak yang protes. Tapi dibiarkan, maka (saya) diminta untuk menuntaskannya,” kata Edhy.
Pihaknya juga akan membangun sentra perikanan budidaya di Jawa Barat, provinsi yang memiliki garis pantai luas. Khusus untuk Kabupaten Bandung, Edhy menuturkan, wilayah berpenduduk 3 juta jiwa lebih ini punya potensi perikanan budidaya yang besar untuk ditingkatkan.
“Kabupaten Bandung walaupun tidak punya laut, dia punya lahan perairan umum yang luas yaitu 1.230 hektar. Maka kunjungan ini diharapkan sentra budidaya ikan menjadi pionir yang akan terus kita kembangkan,” ujar Edhy.
Dalam kunjungan tersebut, Edhy juga berdialog dengan para pelaku usaha sektor perikanan budidaya di Kabupaten Bandung. Edhy yakin, para pembudidaya ikan menginginkan usahanya meningkat. Namun kesulitan dalam mengembangkannya.
Bupati Bandung, H Dadang M Naser, menyebutkan, tahun 2019 produksi ikan di daerah ini mencapai 18 ribu ton atau meningkat dari tahun sebelumnya, 14.543 ton. Capaian tersebut turut didorong oleh potensi dalam pengembangan budidaya ikan.
Tercatat wilayah budidaya pembenihan mencapai 279,86 ha yang tersebar di tujuh kecamatan. Sementara pengembangan budidaya pembesaran ikan seluas 1.230 ha di sepuluh kecamatan.
“Meskipun produksi ikan ada kenaikan. Namun kami akan terus meningkatkan konsumsi ikan di Kabupaten Bandung. Di antaranya melalui pencanangan Kampung Lauk di sejumlah desa, salah satunya di Desa Lampegan Kecamatan Ibun,” katanya.
Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, yang mendampingi Edhy, menyambut baik kedatangan Edhy yang dinilai sebagai bentuk perhatian pemerintah pusat kepada pembudidaya ikan di Jawa Barat. Dari kunjungan tersebut, pembudidaya ikan, khususnya di Kabupaten Bandung pun bisa menyerap ilmu dari KKP.
Karena selain modal atau alat usaha, menurut Uu pembudidaya ikan sangat membutuhkan ilmu untuk mengubah pola pikir yang berdampak kepada peningkatan kesejahteraan. “Berikan peternak ikan keilmuan bukan hanya modal dan alat. Sehingga, dengan ilmu pola pikirnya akan berubah. Kalau hanya bantuan tanpa ilmu kami khawatir, modal diberikan. Tapi kesejahteraan petani tidak meningkat.”
Selain itu, ia juga berharap KKP melirik para santri di pesantren untuk mengembangkan perikanan sekaligus mendorong program One Pesantren One Product (OPOP) di Jawa Barat. Pesantren di Jawa Barat ada 10 ribu, sehingga jika para santrinya diberi ilmu dan modal budidaya ikan maka sektor budidaya ikan dan kesejahteraan akan meningkat.
“Saya tadi minta ke Bapak Menteri, kenapa tidak pesantren dilirik oleh KKP karena sangat berpotensi meningkatkan budidaya ikan tawar asalkan santrinya diberi ilmu dan bantuan. Jadi jangan hanya petani ikan saja. Tapi pesantren pun diberi bantuan agar program OPOP bisa lebih cepat sukses, katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan