Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kedatangan tamu istimewa tiga anak muda milenial urban yaitu Irwan Adi Rusmantyo, Kartika Fitri Ampiranti dan Pandu Chandra Putra Raka Bhimawan. Apa yang dibicarakan?
DARA – Tiga anak muda milenial itu berhasil menarik perhatian Anies karena sebagai generasi muda masih mau melestarikan dan mengembangkan budaya adiluhung bangsa, wayang orang.
Bahkan, dalam kondisi pandemi Covid-19 ini para milenial urban tersebut mampu mempertahankan dan melestarikan budaya wayang orang yang pementasannya juga sangat dibatasi seperti seni pertunjukan yang lain. Akibatnya bukan hanya budaya luar terus masuk melalui layanan streaming, tapi banyak juga dari para seniman beralih profesi akibat pandemi.
Singkatnya, dalam kunjungan ketiga pemuda itu ke Balaikota DKI menemui Gubernur Anies, Jumat lalu, Teguh Ampiranto sebagai Ketua Umum Paguyuban Wayang Orang Bharata (WOB) atau akrab disapa Kenthus juga hadir dengan mengenakan busana Jawa (beskap).
Kedatangan seniman itu mendampingi seniman milenial Irwan, Kartika, dan Raka yang mengenakan busana lengkap Rama, Shinta dan Hanoman. Sangat otentik dan kental dengan ciri khas pementas wayang, tentu ini menarik semua orang di Balaikota.
Irwan, Kartika, dan Pandu pun nampak antusias ketika menghadap Anies. Tekad mereka melestarikan dan mengembangkan wayang orang sebagai kesenian Indonesia begitu kuat.
Terlihat ketika ketiganya berdiri bersama Anies, dan memperkenalkan cerita wayang Rama dan Shinta. Anies pun turut antusias dengan menirukan sedikit gerakan tarian dengan mengangkat tangan kanan di atas pinggang dan tangan kiri dibawahnya serta melentikkan jari khas tarian wayang.
Antusiasme Anies ini membakar optimisme tiga serangkai anak muda yang peduli budaya bangsa, untuk terus mementaskan wayang orang hingga ke luar negeri –Begitu cita-cita mereka–. Tidak mau kalah dengan gelombang budaya luar yang kini digemari anak muda di Indonesia terlebih sangat mudah mengakses dengan layanan internet.
Sebagi bukti pelestarian dan pengembangan budaya, Kenthus menginformasikan bahwa WOB akan merayakan ulang tahun ke-50. Ini tentu saja sebuah oase ketika seni pertunjukan mati suri akibat Pandemi, WOB bertahan di ulang tahun emasnya. Meskipun kondisinya memang sulit.
“Gara-gara pandemi, WOB yang tadinya berpentas hampir setiap minggu, saat ini hanya beberapa kali saja tiap tahunnya,” ujar Kenthus, dalam rilis yang diterima redaksi, Senin (1/11/2021).
Dalam kesempatan tersebut Kenthus mengundang Gubernur Anies Baswedan, untuk berkenan mengunjungi basecamp mereka di kawasan Senen, untuk melihat para seniman berlatih menari sekaligus berdialog dengan mereka.
Anies yang tertarik dengan cerita dan semangat dari para seniman tersebut pun menyatakan kesanggupannya untuk datang mengunjungi base camp mereka di daerah Senen Jakarta Pusat.
“Insya Allah dalam waktu dekat saya akan bertandang ke sana, kita akan diskusikan cara terbaik untuk melestarikan budaya adiluhung ini” kata Anies.
Gubernur Anies juga mengapresiasi persistensi, kreatifitas, dan semangat para seniman dan pengurus WOB. Kata Anies, tanpa sosok seperti mereka, menurutnya tidak akan ada lagi generasi yang dapat mengenal budaya turun menurun tersebut. Apalagi wayang orang tidak hanya enak untuk ditonton, tetapi juga penuh wisdom yaitu tontonan sekaligus menjadi tuntunan.
Iwan Wardana, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta mengatakan, saat pandemi ini banyak kesenian yang terancam punah, sekitar 39%. Hal ini karena proses berkesenian nyaris berhenti, dan banyak seniman terpaksa beralih profesi.
“Pemprov DKI Jakarta terus berusaha membantu para seniman, supaya bisa melewati pandemi dan kesenian tetap lestari,” kata Iwan.
Untuk WOB, sampai saat ini regenerasi terus berjalan dengan baik, hingga saat ini generasi milenial yang tertari menjadi penari atau sekedar penikmat wayang terus bermunculan.
Saat ini sudah generasi ke-9. Dengan dukungan dari berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah, WOB yakin akan terus survive dan berkembang melewati ujian waktu, menebarkan wisdom yang dibawa dari generasi ke generasi.
Seperti diketahui WOB adalah sebuah paguyuban yang didirikan sejak 5 Juli 1972, tetap bertahan hingga saat ini, didukung oleh 150-an seniman, yang mayoritas menjadikan penari wayang sebagai profesi tetap.
Hadirnya tiga seniman Milenial Irwan, Kartika, dan Raka seakan membuktikan bahwa kesenian wayang orang bukan hanya akan tetap ada namun dapat berkembang hingga ultah ke-50 berikutnya seperti diharapkan Anies.***
Editor: denkur